Jack Skellington Background

Hello!!

selamat datang di blog sayaa......

Rabu, 30 November 2011

KEBERADAAN KOMUNITAS MANEGES SEBAGAI PENGANUT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA SEBAGAI PENGANUT KEJAWEN DI KECAMATAN SLAWI, KABUPATEN TEGAL

A.    PENDEKATAN TEORI

Studi SOSIOLOGI AGAMA berkembang pesat pada awal abad 20, khususnya dengan tulisan Emile Durkheim (1858-1917) yang terkenal, yaitu ‘The Elementary Forms of the Religious Life.’ Durkheim juga memberi nilai lebih pada teori proyeksi, dan juga sama dengan Freud dipengaruhi tulisan W. Robertson Smith. Namun berbeda dengan Freud, sekalipun Durkheim menerima pendekatan evolusi atas agama, tetapi tidak menerima pandangan yang menyebutkan bahwa ide keagamaan sekedar konsep yang menyesatkan yang dihasilkan pikiran manusia. Disini Durkheim menggabungkan sebagian ide psikologi Freud dan spekulasi Frazer. Durkhem diyakinkan bahwa ada sesuatu yang nyata benar dalam agama, dan bahwa manusia tidak menipu dirinya sendiri.
Dalam melihat realitas yang mendasari perilaku beragama ia juga menerima sebagian penjelasan teologis, dan yang berkaitan dengan realitas yang mempengaruhi agama ia percaya itu adalah masyarakat (society) itu sendiri. Durkheim sangat terobsesi ide kemasyarakatan sama halnya dengan Freud yang terobsesi pikiran bawah sadar. Ia percaya adanya realita yang berbeda bekerja dalam kelompok-kelompok sosial yang darinya kehidupan individu dihasilkan. Agama adalah aktivitas manusia yang berbicara mengenai realitas selagi menggunakan kata-kata tentang tuhan.

Dalam satu segi, Durkheim menerima pandangan yang sama seperti Feuerbach bahwa manusia biasanya percaya dan bebicara mengenai Tuhan selagi berbicara mengenai kelompok sosialnya sendiri tanpa menyadarinya. Tetapi bagi Durkheim, yang tidak percaya akan adanya Tuhan yang hadir dalam diri-Nya sendiri secara independen diluar manusia, masyarakat baginya begitu penting sehingga bisa menggantikan kedudukan Tuhan. Masyarakat ada sebelum seseorang lahir dan akan tetap ada sesudah seseorang mati. Masyarakat memberikan ide dan bahasa untuk berfikir dan berbicara, masyarakat melindungi seseorang dan membuat manusia merasa berguna dalam hidupnya. Jadi, sekalipun kenyataannya manusia memproyeksikan semuanya itu kepada figur tuhan, ide-ide itu benar, dan lebih dari itu, hal itu perlu bila masyarakat ingin disatukan sebagai komunitas moral.


B.     DESKRIPSI MASALAH
Kejawen dalam opini umum berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa.
Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai agama dalam pengertian seperti agama monoteistik, seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan "ibadah"). Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang ketat, dan menekankan pada konsep "keseimbangan". Dalam pandangan demikian, kejawen memiliki kemiripan dengan Konfusianisme atau Taoisme, namun tidak sama pada ajaran-ajarannya. Hampir tidak ada kegiatan perluasan ajaran (misi) namun pembinaan dilakukan secara rutin.
Simbol-simbol "laku" biasanya melibatkan benda-benda yang diambil dari tradisi yang dianggap asli Jawa, seperti keris, wayang, pembacaan mantera, penggunaan bunga-bunga tertentu yang memiliki arti simbolik, dan sebagainya. Akibatnya banyak orang (termasuk penghayat kejawen sendiri) yang dengan mudah mengasosiasikan kejawen dengan praktik klenik dan perdukunan.
Terdapat ratusan aliran kejawen dengan penekanan ajaran yang berbeda-beda. Beberapa jelas-jelas sinkretik, yang lainnya bersifat reaktif terhadap ajaran agama tertentu. Namun biasanya ajaran yang banyak anggotanya lebih menekankan pada cara mencapai keseimbangan hidup dan tidak melarang anggotanya mempraktikkan ajaran agama (lain) tertentu.
Beberapa aliran dengan anggota besar
  • Padepokan Cakrakembang
  • Sumarah
  • Budi Dharma
  • Maneges

Salah satu penganut penganut kepercayaan yang ada di Indonesia adalah Himpunan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Kecamatan Slawi masih sangat menjaga nilai- nilai budaya Jawa.


C.     ANALISIS MASALAH DENGAN TEORI
Himpunan MANEGES merupakan wadah bagi para penganut Kejawen yang ada di Desa Trayeman. Penganut kejawen yang ada di Kecamatan Slawi (walaupun tidak semuanya) selalu mengamalkan filsafah- filsafah jawa dalam kehidupn mereka sehari- hari dalam kehidupan bermasyarakat mereka pula. Seperti tepa selira yaitu adanya sifat tenggang rasa atau toleransi dan saling menghargai terhadap tetangga atau masyarakat disekitar mereka sehingga ada rasa saling menjaga perasaan masing- masing dalam perbedaan keyakinan yang mereka anut.  HAL INI DAPAT DIKAITKAN DENGAN TEORI DURKHEIM BAHWA DENGAN PEMBENTUKAN SOLIDARITAS SOSIAL, MANUSIA DAPAT MEMBENTUK SEBUAH KOMUNITAS DIMANA MEREKA  DAPAT SALING MEMBUTUHKAN DAN SALING MENGHARGAI. TERBUKTI BAHWA AGAMA MEMBENTUK SEBUAH MASYARAKAT .
DURKHEIM menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka.
Masyarakat jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena sebelum semuanya ada dan terjadi di dunia ini, Tuhanlah yang pertama kali ada di dunia ini. Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta beserta isinya tetapi juga bertindak sebagai pengatur, karena segala sesuatunya atas kehendakNya. Masyarakat Jawa percaya bahwa urusan usia, jodoh, dan rizki itu semuanya ada ditangan Tuhan. Maksud dari hal ini adalah mereka menganggap bahwa pokok kehidupan dan status dirinya sudah ditetapkan sejak Ia lahir, nasibnya sudah ditentukan sebelumnya saat Ian masih berada dalam kandungan, jadi mereka herus sabar dalam menanggung kesulitan yang ada dalam kehidupannya.
Kepercayaan Kejawen dapat diungkapkan dengan baik oleh mereka yang mengerti dan memahami tentang rahasia- rahasia kebudayaan Jawa, dan bahwa Kejawen ini seringkali diwakili oleh golongan elite priyayi lama dan keturunannya. Kesadaran akan budaya ini seringkali menjadi kebanggan tersendiri sebagai identitas cultural. Orang- orang inilah yang memelihara warisan budaya Jawa secara mendalam yang dapat dianggap sebagai Penganut Kepercayaan Kejawen.
Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern. Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi, sehingga timbul rasa kebersamaan diantar mereka. Rasa kebersamaan ini milik masyarakat yang secara sadar menimbulkan perasaan kolektif. Selanjutnya, perasaan kolektif yang merupakan akibat (resultant) dari kebersamaan, merupakan hasil aksi dan reaksi diantara kesadaran individual. Jika setiap kesadaran individual itu menggemakan perasaan kolektif, hal itu bersumber dari dorongan khusus yang berasal dari perasaan kolektif tersebut. SEPERTI DENGAN ADANYA KOMUNITAS MANEGES KEJAWEN YANG ADA DI DESA TRAYEMAN TERSEBUT SUDAH MENIMBULKAN PERASAAN SALING MEMILIKI ANTARA YANG SATU DENGAN YANG LAIN DIMANA TERJALINNYA INTERAKSI DIANTARA ANGGOTANYA YANG AKHIRNYA MEMBENTUK SOLIDARITAS SOSIAL.

1 komentar:

Abdanblokosuto mengatakan...

udag bagus neng...
follow me

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar