Jack Skellington Background

Hello!!

selamat datang di blog sayaa......

Rabu, 30 November 2011

KEBERADAAN KOMUNITAS MANEGES SEBAGAI PENGANUT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA SEBAGAI PENGANUT KEJAWEN DI KECAMATAN SLAWI, KABUPATEN TEGAL

A.    PENDEKATAN TEORI

Studi SOSIOLOGI AGAMA berkembang pesat pada awal abad 20, khususnya dengan tulisan Emile Durkheim (1858-1917) yang terkenal, yaitu ‘The Elementary Forms of the Religious Life.’ Durkheim juga memberi nilai lebih pada teori proyeksi, dan juga sama dengan Freud dipengaruhi tulisan W. Robertson Smith. Namun berbeda dengan Freud, sekalipun Durkheim menerima pendekatan evolusi atas agama, tetapi tidak menerima pandangan yang menyebutkan bahwa ide keagamaan sekedar konsep yang menyesatkan yang dihasilkan pikiran manusia. Disini Durkheim menggabungkan sebagian ide psikologi Freud dan spekulasi Frazer. Durkhem diyakinkan bahwa ada sesuatu yang nyata benar dalam agama, dan bahwa manusia tidak menipu dirinya sendiri.
Dalam melihat realitas yang mendasari perilaku beragama ia juga menerima sebagian penjelasan teologis, dan yang berkaitan dengan realitas yang mempengaruhi agama ia percaya itu adalah masyarakat (society) itu sendiri. Durkheim sangat terobsesi ide kemasyarakatan sama halnya dengan Freud yang terobsesi pikiran bawah sadar. Ia percaya adanya realita yang berbeda bekerja dalam kelompok-kelompok sosial yang darinya kehidupan individu dihasilkan. Agama adalah aktivitas manusia yang berbicara mengenai realitas selagi menggunakan kata-kata tentang tuhan.

Dalam satu segi, Durkheim menerima pandangan yang sama seperti Feuerbach bahwa manusia biasanya percaya dan bebicara mengenai Tuhan selagi berbicara mengenai kelompok sosialnya sendiri tanpa menyadarinya. Tetapi bagi Durkheim, yang tidak percaya akan adanya Tuhan yang hadir dalam diri-Nya sendiri secara independen diluar manusia, masyarakat baginya begitu penting sehingga bisa menggantikan kedudukan Tuhan. Masyarakat ada sebelum seseorang lahir dan akan tetap ada sesudah seseorang mati. Masyarakat memberikan ide dan bahasa untuk berfikir dan berbicara, masyarakat melindungi seseorang dan membuat manusia merasa berguna dalam hidupnya. Jadi, sekalipun kenyataannya manusia memproyeksikan semuanya itu kepada figur tuhan, ide-ide itu benar, dan lebih dari itu, hal itu perlu bila masyarakat ingin disatukan sebagai komunitas moral.


B.     DESKRIPSI MASALAH
Kejawen dalam opini umum berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa.
Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai agama dalam pengertian seperti agama monoteistik, seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan "ibadah"). Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang ketat, dan menekankan pada konsep "keseimbangan". Dalam pandangan demikian, kejawen memiliki kemiripan dengan Konfusianisme atau Taoisme, namun tidak sama pada ajaran-ajarannya. Hampir tidak ada kegiatan perluasan ajaran (misi) namun pembinaan dilakukan secara rutin.
Simbol-simbol "laku" biasanya melibatkan benda-benda yang diambil dari tradisi yang dianggap asli Jawa, seperti keris, wayang, pembacaan mantera, penggunaan bunga-bunga tertentu yang memiliki arti simbolik, dan sebagainya. Akibatnya banyak orang (termasuk penghayat kejawen sendiri) yang dengan mudah mengasosiasikan kejawen dengan praktik klenik dan perdukunan.
Terdapat ratusan aliran kejawen dengan penekanan ajaran yang berbeda-beda. Beberapa jelas-jelas sinkretik, yang lainnya bersifat reaktif terhadap ajaran agama tertentu. Namun biasanya ajaran yang banyak anggotanya lebih menekankan pada cara mencapai keseimbangan hidup dan tidak melarang anggotanya mempraktikkan ajaran agama (lain) tertentu.
Beberapa aliran dengan anggota besar
  • Padepokan Cakrakembang
  • Sumarah
  • Budi Dharma
  • Maneges

Salah satu penganut penganut kepercayaan yang ada di Indonesia adalah Himpunan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Kecamatan Slawi masih sangat menjaga nilai- nilai budaya Jawa.


C.     ANALISIS MASALAH DENGAN TEORI
Himpunan MANEGES merupakan wadah bagi para penganut Kejawen yang ada di Desa Trayeman. Penganut kejawen yang ada di Kecamatan Slawi (walaupun tidak semuanya) selalu mengamalkan filsafah- filsafah jawa dalam kehidupn mereka sehari- hari dalam kehidupan bermasyarakat mereka pula. Seperti tepa selira yaitu adanya sifat tenggang rasa atau toleransi dan saling menghargai terhadap tetangga atau masyarakat disekitar mereka sehingga ada rasa saling menjaga perasaan masing- masing dalam perbedaan keyakinan yang mereka anut.  HAL INI DAPAT DIKAITKAN DENGAN TEORI DURKHEIM BAHWA DENGAN PEMBENTUKAN SOLIDARITAS SOSIAL, MANUSIA DAPAT MEMBENTUK SEBUAH KOMUNITAS DIMANA MEREKA  DAPAT SALING MEMBUTUHKAN DAN SALING MENGHARGAI. TERBUKTI BAHWA AGAMA MEMBENTUK SEBUAH MASYARAKAT .
DURKHEIM menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka.
Masyarakat jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena sebelum semuanya ada dan terjadi di dunia ini, Tuhanlah yang pertama kali ada di dunia ini. Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta beserta isinya tetapi juga bertindak sebagai pengatur, karena segala sesuatunya atas kehendakNya. Masyarakat Jawa percaya bahwa urusan usia, jodoh, dan rizki itu semuanya ada ditangan Tuhan. Maksud dari hal ini adalah mereka menganggap bahwa pokok kehidupan dan status dirinya sudah ditetapkan sejak Ia lahir, nasibnya sudah ditentukan sebelumnya saat Ian masih berada dalam kandungan, jadi mereka herus sabar dalam menanggung kesulitan yang ada dalam kehidupannya.
Kepercayaan Kejawen dapat diungkapkan dengan baik oleh mereka yang mengerti dan memahami tentang rahasia- rahasia kebudayaan Jawa, dan bahwa Kejawen ini seringkali diwakili oleh golongan elite priyayi lama dan keturunannya. Kesadaran akan budaya ini seringkali menjadi kebanggan tersendiri sebagai identitas cultural. Orang- orang inilah yang memelihara warisan budaya Jawa secara mendalam yang dapat dianggap sebagai Penganut Kepercayaan Kejawen.
Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern. Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi, sehingga timbul rasa kebersamaan diantar mereka. Rasa kebersamaan ini milik masyarakat yang secara sadar menimbulkan perasaan kolektif. Selanjutnya, perasaan kolektif yang merupakan akibat (resultant) dari kebersamaan, merupakan hasil aksi dan reaksi diantara kesadaran individual. Jika setiap kesadaran individual itu menggemakan perasaan kolektif, hal itu bersumber dari dorongan khusus yang berasal dari perasaan kolektif tersebut. SEPERTI DENGAN ADANYA KOMUNITAS MANEGES KEJAWEN YANG ADA DI DESA TRAYEMAN TERSEBUT SUDAH MENIMBULKAN PERASAAN SALING MEMILIKI ANTARA YANG SATU DENGAN YANG LAIN DIMANA TERJALINNYA INTERAKSI DIANTARA ANGGOTANYA YANG AKHIRNYA MEMBENTUK SOLIDARITAS SOSIAL.

»»  READMORE...

Perhitungan Alokasi Waktu Mata Pelajaran

Mata pelajaran             : Sosiologi
Kelas/program             : XI/IPS
Semester                      : 1 (satu)
Th. Ajaran                   : 2011/2012

Banyak minggu dalam semester


Bulan
Banyaknya minggu
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
4
5
4
4
5
4


Jumlah minggu = 26 minggu

a.       Banyaknya minggu tidak efektif
§  MOS                                       : 1 minggu
§  In house training guru             : 1 minggu
§  Libur awal puasa                     : 1 minggu
§  Libur hari raya                         : 3 minggu
§  UTS                                         : 1 minggu
§  UAS                                        : 1 minggu
§  Expo                                        : 1 minggu
§  Pembagian rapor                     : 1 minggu
§  Libur semester                         : 2 minggu

b.      Banyaknya minggu efektif
= Jumlah minggu – minggu tidak efektif
= 26 – 12
= 14
Banyaknya jam pelajaran efektif
= 14 x 3 JP
= 42 JP


SOSIOLOGI  ANTROPOLOGI KELAS XI


Semester.
No.
Materi Pokok/Kompetensi Dasar.
Alokasi Waktu.
1
1.
STRUKTUR SOSIAL DAN DIFERENSIASI SOSIAL.
Ø  Mendeskripsikan pengertian dan ciri struktur sosial
Ø  Menjelaskan fungsi dan bentuk struktur sosial
Ø  Mendeskripsikan pengertian dan bentuk- bentuk diferensiasi sosial
Ø  Evaluasi bab 1



3x45 menit

3x45 menit

3x45 menit

2x 45 menit

2.
STRATIFIKASI SOSIAL
Ø  Menjelaskan latar belakang timbulnya stratifikasi sosial
Ø  Menjelaskan dasar, unsur- unsur, sifat dan fungsi stratifikasi sosial
Ø  Mengidentifikasi berbagai bentuk stratifikasi sosial dan  pengaruh stratifikasi sosial
Ø  Evaluasi bab 2


3x45 menit

3x45 menit

3x45 menit


2x45 menit

3.
KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL
Ø  Mendeskripsikan pengaruh diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial
Ø  Mengidentifikasi berbagai konflik dalam masyarakat dan

Ø  Menjelaskan  sebab-sebab konflik


Ø  Medeskripsikan faktor pendorong integrasi sosial

Ø  Evaluasi bab 3


3x45 menit

2x45 menit


3x45 menit

2x45 menit


2x45 menit

4
MOBILITAS SOSIAL
Ø  Memahami konsep dan bentuk mobilitas sosial
Ø  Mengetahui faktor penghambat dan  saluran mobilitas sosial
Ø  Evaluasi bab 4


3x45 menit

3x45 menit

2x45 menit

JUMLAH


42 jam
»»  READMORE...

Abangan, santri, priyayi di sekitar tempat tinggal

Dalam sebuah masyarakat  terdapat suatu skema penempatan nilai-nilai sosial budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai agar organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan dapat berfungsi dan kepentingan setiap bagian dapat berjalan dalam jangka waktu yang relatif lama. Dari skema inilah, dapat diketahui bahwa masyarakat sebagai organisme sosial tertinggi mempunyai fungsi yang paling umum.
Fungsi umum itu hanya dapat dilaksanakan dengan baik jika komponen-komponen dan suborgan yang ada di dalamnya bekerja dengan baik pula. Nilai-nilai sosial budaya dalam struktur sosial terdiri atas ajaran agama, ideologi, dan kaidah-kaidah moral serta peraturan sopan santun yang dimiliki suatu masyarakat. Setiap satuan nilai memiliki tempat dan peranan tersendiri.
Demikian juga kelompok-kelompok atau komponen-komponen sosial yang beragam, juga mengemban tugas yang sesuai dengan keahlian masing-masing. Setiap komponen dari struktur sosial tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi secara bersama-sama saling mengisi dan melengkapi. Semua kegiatan itu pada akhimya disatukan oleh organisasi besar yang disebut masyarakat.
Istilah abangan oleh Clifford Geertz diterapkan pada kebudayaan orang desa, yaitu para petani yang kurang terpengaruh oleh pihak luar dibandingkan dengan golongan-golongan lain di antara penduduk. Adapun istilah santri diterapkan pada kebudayaan muslimin yang memegang peraturan dengan keras dan biasanya tinggal bersama di kota dalam perkampungan dekat sebuah masjid yang terdiri dari para pedagang di daerah-daerah yang lebih bersifat kota. Istilah priyayi diterapkannya pada kebudayaan kelas-kelas tertinggi yang pada umumnya merupakan golongan bangsawan berpangkat tinggi atau rendah.

Di tempat tinggal saya, desa trayeman, kecamatan slawi, kabupaten tegal memiliki berbagai macam struktur masyarakat.  Masih terdapat kelompok, abangan, santri, dan abangan. Kalangan abangan benar2 tidak acuh terhadap doktrin, terpesona, oleh detail keupacaraan. Dimana mereka masih sangat mempercayai hah2 yang terkadang diluar nalar atau sedikit tidak rasional. Seorang abangan mengetahui kapan harus menyelenggarakan slametan dan mengetahui  apa yang harus menjadi hidangan pokoknya.  
Misalnya adalah mengadakan slametan di bulan puasa saat menjelang puasa dan menjelang lebaran. Kemudian mengadakan berbagai macam ritual khusus lainnya seperti 7bulanan, menyalakan ceplik di malam hari didekat kulit ari bayi yang baru lahir yang diletakkan di sebuah gentong kecil, membagikan bubur slametan saat bayi  baru saja lahir, mengadakan ritual pernikahan dimana didalamnya terdapat serangkaian upacara slametan yang sudah menjadi tradisi turun temurun, kegiatan gotong royong (bersih desa) yang nantinya setiap rumah tangga menyumbang berbagai macam seuatu untuk mendukung kegiatan tersebut.. Jadi, di desa saya masih terdapat kelompok abangan yang sampai saat ini tetap terus mengadakan berbagai macam slametan yang sudah menjadi tradisi masyarakat sekitar.

Sementara dikalangan santri perhatian terhadap doktrin hampir seluruhnya mengalahkan aspek ritual islam yang telah menipis. Untuk kalangan santri peribadatan pokok adalah penting, khususnya sembahyang yang pelaksanannya secara sadar dianggap baik oleh kalangan santri. Di desa saya masih terdapat kelompok santri dimana mereka masih mengadakan kegiatan sembahyang dimana mereka tetap rajin bersembahyang di mushola dan mengaji, kemudian menyuarakan puji2an untuk memuji kebesaran Tuhan. Terdapat juga berbagai macam kegiatan keagamaan lainnya seperti kelompok2 pengajian yang nantinya kegiatan pengajiannya diadakan setiap seminggu sekali dan di hari2 tertentu lainnya. Yang menjadi perhatian kalangan santri adalah doktrin islam, terutama penafsiran moral dan sosialnya.
Di desa saya terdapat dua kelompok santri, yaitu golongan muhamaddiyah dan NU, serta diikuti kelompok abangan yang menganut agama islam dengan tidak mengikut kedua golongan tersebut. Antara Islam muhamadiyah dan NU tentu ada yang berbeda dalam kegiatan keagamaanya. Walaupun tujuan mereka sama, yaitu berdoa dan bersyukur terhadap Tuhan YME. Di desa saya, sosok santri masih sangat terlihat bahwa seorang santri tersebut dihormati dan disegani oleh masyarakat desa lainnya. Mereka dianggap memiliki kemampuan agama yang lebih dimana dapat dijadikan sebagi panutan yang baik untuk menjadi contoh tokoh masyarakat yang dapat diandalkan , memiliki kemampuan lebih dalam hal agama dan mampu bersikap bijaksana dalam mengatasi sebuah masalah ataupun dalam mengambil sebuah keputusan.
Perbedaan keduanya, antara abangan dan santri terletak pada maslah organisasi sosial mereka. Untuk kalangan abangan unit sosial yang paling dasar dimana hampir tempat semua upacara berlangsung adalah rumah tangga. Rumah tangga inilah yang nantinya mengadakan slametan, dan para kepala rumahtangga jugalah yang dating untuk mengikuti slametan yang kemudian pulang dengan membawa sebagian makanan yang telah disediakan oleh penyelenggara slametan. Untuk kalangan santri, rasa perkauman terhadap umat adalah yang paling utama.
Di tempat tinggal saya juga masih terdapat adanya masyarakat priyayi dan indis. Namun, kedua masyarakat ini tidak terlalu terlihat mencolok sebagai kaum indis dan priyayi. Hal ini disebabkan karena kaum priyayi di desa saya sudah tidak terlihat menyelenggarakan kegiatan yang menunjukan bahwa mereka priyayi. Bagi mereka yang menyandang gelar Raden, juga malah tidak ingin terlihat bahwa mereka itu memiliki gelar atau nama tersebut dari keturunannya. Berbeda dengan jaman dahulu yang kemudian mereka bangga memperlihatkan atau menyebut nama Raden tersebut. Jadi di desa saya, raden (kaum priyayi) sudah melebur dengan kaum biasa lainnya yang tidak memiliki nama sandang tersebut. Namun, bagi sebagian masyarakat yang mengetahui gelar yang melekat pada diri individu tersebut tetap menghormati kaum priyayi itu sendiri. Di desa saya hanya terdapat beberapa kaum priyayi.
Kaum indis sendiri ada, dimana bagi mereka yang memiliki harta kekeyaan yang lebih dari masyarakat pada umumnya. Kehidupan mewah dan boros akibat keberhasilan bidang ekonomi diantaranya karena adanya pengaruh dari golongan masyarakat indis (belanda) yang dulunya menjajah daerah tempat tinggal kita. Di tempat tinggal saya juga masih terdapat bangunan2 peninggalan belanda. Salah satu faktor yang menjadi petunjuk utama status seseorang ialah gaya hidupnya, yaitu berupa berbagai tatacara, adat istiadat, serta kebiasaan berkelakuan, dan mental sebagai cirri golongan sosial indis. Rumah masyarakat yang bisa dibilang mewah di daerah saya dapat saya golongkan kedalam gol indis karena cara hidup mereka juga berbeda dengan masyarakat lainnya. Cara hidup mereka cenderung mewah dan kemegahan tempat tinggal mereka yang lebih diperkaya lagi dengan perabotan rumah yang penuh hiasan dan aksen modern budaya barat.
intinya, di tempat tinggal saya masih terdapat keempat golongan tersebut ( abangan, santri, priyayi. Indis). Namun, dapat terlihat bahwa golongan yang masih sangat terlihat jelas ditempat tinggal saya adalah masyarakat abangan dan santri. Karena keduanya memang saling berhubungan satu sama lain. Hubungan keduanya juga terlihat sangat erat dan tidak dapat lepas dari berbagai macam ritual keagamaan dan kemayarakatan yang mereka lakukan. Masyarakat indis dan priyayi hanya sebagian kecil saja (mikro).

»»  READMORE...

GENDER : HIDUP ADALAH PILIHAN

Konstruksi sosial budaya akan membagi wilayah menjadi 2 yaitu wilayah publik, yaitu wilayah yang didominasi oleh laki-laki dan wilayah domestic yang didominasi oleh perempuan. Melalui proses perkembangan banyak perempuan yang masuk ke wilayah public. Namun sementara banyak pula perempuan yang masih berada didalam wilayah domestik. Didalam sos gender, bagaimana fenomena ini dipahami?jelaskan dengan menunjuk kasus!kata kunci “HIDUP ADALAH PILIHAN”……..

JAWAB:
Konsep gender ialah suatu sifat laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan oleh masyarakat baik secara kultural maupun sistemik. Perbedaan gender melahirkan ketidakadilan baik bagi kaum laki-laki dan terutama bagi perempuan. Dalam pembagian kedudukan tersebut perempuan selalu saja ditempatkan pada posisi yang tidak terlepas dari urusan domestik, sementara laki-laki selalu menduduki posisi yang berurusan dengan publik.
Dengan pokok bahasan diatas, saya akan mencoba menunjuk kasus KEPEMIMPINAN PEREMPUAN TANPA MELUPAKAN KEHIDUPAN DOMESTIK.
Bila seorang perempuan menjadi pemimpin, timbul pertanyaan pola pimpinan manakah yang akan ia gunakan? Pola hierarkis yang otoriter atau pola egaliter yang partisipatif.
Sejumlah perempuan yang dengan susah payah naik pangkat sampai dipercayakan menjadi pemimpin yakin bahwa mereka harus membuktikan bahwa mereka pun dapat menentukan kebijaksanaan organisasi/perusahan dengan penuh wibawa dan hikmat. Mereka merasa bahwa hanya sikap otoriter yang akan diterima oleh pekerja yang sudah biasa dengan cara memimpin yang bersandar pada hierarki. Menggunakan pola tersebut berarti bahwa pemimpin diterima dan dibatasi ketegangan. Perempuan yang memimpin secara otoriter harus menjaga dirinya agar jangan sampai memperlihatkan kelemahan atau keraguraguan. Ia harus tahan kritik dan pandai menyampaikan perintah serta mengontrol pelaksanaannya agar ia tetap dihormati. Sebagai akibat sikap itu ia tidak mempunyai teman untuk membicarakan persoalan yang timbul dan mengutarakan perasaannya.
Sering gaya otoriter dipengaruhi oleh pola yang terdapat dalam keluarga tempat ibu mengatur semua anggota keluarga sedemikian rupa sehingga mereka tergantung padanya dan tidak dapat bertindak atas tanggung jawab sendiri. Di situ para pekerja diperlakukan seakan-akan mereka anak-anak yang perlu dilindungi dari kesulitan besar, diberikan perhatian, dipuji karena tugas yang dikerjakannya. Pemimpin otoriter sering memandang perempuan muda yang berbakat sebagai saingan pribadi dan tidak suka memberikan kesempatan berkembang pada mereka, ia merasa lebih aman bekerja dengan laki-laki
Hanya seorang pemimpin yang menerima kuasa sebagai kemampuan dapat memanfaatkannya dan memimpin secara partisipatif. Ia memberikan segala informasi yang menunjang pekerja dalam tugasnya masing-masing untuk bekerja sebaik mungkin dan untuk melihat tugasnya dalam keseluruhan tugas organisasi/perusahaan. Ia mengenal kekuatan dan kelemahan setiap pekerja (dalam perusahan besar, hal ini berlaku untuk semua kepala bagian, dan merekalah yang mengenal anggota bagiannya) dan berusaha agar orang itu mendapat tugas yang sesuai dengan bakat dan keterampilannya. Ia menghormati setiap pekerja dalam fungsinya dan rela mendengar pendapat tentang perubahan yang dapat memperbaiki cara kerja, sekalipun usulannya tidak sesuai kebiasaan organisasi/perusahaan.
Untuk lebih memahami perempuan, kita dapat mempelajari perubahan sejarah aliran feminism tentang pembentukan pengetahuan perempuan seperti femininisme liberal. Dijelaskan bawa akar teori feminism liberal bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan rasionalitas. Perempuan dipandang sebagai manusia rasional dan memiliki kemampuan yang sama dengan lakil-laki. Berdasarkan pemikiran inilah, maka kepemimpinan perempuan dalam masa kini bukan lagi menjadi hal yang harus diperdebatkan. Sebagian dari usaha ini dapat dilihat melalui program perempuan dalam pembangunan (Women in Development) yaitu dengan menyediakan “program intervensi guna meningkatkan taraf hidup keluarga seperti pendidikan, keterampilan, serta kebijakan yang dapat meningkatkan kemampuan perempuan sehingga mampu berpatisipasi dalam pembangunan”.
Pada era modern ini, sudah banyak perempuan yang menjadi pemimpin seperti: presiden, anggota DPR, bupati, bahkan dalam organisasi yang ada di sekolah. Hal ini berarti telah menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki eksistensi untuk menjadi pemimpin di semua bidang. Namun sayangnya  dinegara kita Indonesia pola yang sangat kuat pengaruhnya adalah pola budaya patriarki. Dimana lelaki  mempunyai  wewenang penuh dalam sebuah kepemimpinan yang dipimpin oleh perempuan.
Saat di ranah public perempuan bisa bebas memerintah, tetapi saat dia kembali lagi kerumah tentu saja dia kembali lagi ke ranah domestiknya.  Seperti mengepel, memasak, mencuci, dan lain lain. Karena itu sudah merupakan kodrat, dalam sebuah rumahtangga tentunya istrilah yang harus mampu menyiapkan segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh keluarganya. Perempuan harus patuh terhadap perintah suami, harus mampu mengurus anak2nya dengan baik. Apabila perempuan tersebut tidak mampu mengatasi semua persoalan baik diranah public atau domestic, berarti dia gagal sebagai seorang ibu rumahtangga. Untuk itu perempuan harus rela meninggalkan pekerjaan yang dimiliki demi keluarganya, karena HIDUP ADALAH PILIHAN.
Jika HIDUP ADALAH PILIHAN, tentu perempuan harus mampu bertahan dalam kerasnya hidup. Dalam ranah public perempuan dapat bebas bersaing, tapi jika perempuan gagal berarti itu adalah resiko yang harus diterima perempuan sebagai pilihan hidup yang tak mungkin dihindari dari kehidupan nyata. Pandangan gender ternyata bisa menimbulkan subordinasi terhadap perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu irrasional, emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin, berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Di jawa dulu ada anggapan bahwa perempuan tidak usah tinggi2 sekolah karena nanti ujung2nya akan di dapur juga, bahkan muncul sebutan 3M (macak,manak,masak).
Semua pekerjaan domestic rumahtangga menjadi tanggungjawab perempuan. Ini merupakn beban yang sangat berat karena harus ditanggung oleh perempuan iu sendiri. Terlebih jika perempuan itu bekerja, berarti sang perempuan tersebut memiliki beban kerja ganda. Tetapi tetep laki-laki yang memegang kekuasaan sebagai kepala rumahtangga. Latar budaya patriarki dan ideologi gender berpengaruh pula terhadap produk perundang-undangan. Misalnya pasal 31 ayat (3) UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan bahwa : “Suami adalah kepala keluarga & istri ibu rumah tangga.” Hal ini menimbulkan pandangan dalam masyarakat seolah-olah kekuasaan laki-laki sebagai suami sangat besar sehingga dapat memaksakan semua kehendaknya termasuk melakukan kekerasan. Ada kecenderungan dari masyarakat yang selalu menyalahkan korbannya, hal ini karena dipengaruhi oleh nilai masyarakat yang selalu ingin harmonis.

 Ketidakseimbangan posisi suami – istri atau ketidak setaraan gender, misalnya dalam pembagian masalah pekerjaan rumah, mengurus anak dan sebagainya termasuk poligami dapat menjadi pemicu terjadinya konflik yang berujung pada kasus KDRT. Inilah pekerjaan domestic yang selalu didapatkan oleh pihak perempuan, dimana perempuan memiliki peran ganda dalam kehidupan rumahtangga. Millet menekankan bahwa meskipun ada usaha terus menerus untuk mengkondisikan dan mengkoersi semua perempuan, banyak perempuan terbukti tidak dapat dikondisikan. Hal ini disebabkan oleh budaya patriarki yang berkembang dalam masyarakat, menomor duakan perempuan. Pada zaman sekarang ini banyak istri yang ingin melawan tindakan sang suami yang tidak mengenakan, sehingga timbulah kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri akibat tidak mau menuruti keinginannya
Hal ini termasuk tindakan intimidasi yang selalu dilakukan dalam budaya patriarki. Seorang perempuan yang ingin selamat di dalam budaya petriarki adalah  harus selalu bersikap feminine, jika tidak ia mungkin akan tersubjektivikasi terhadap kasus kekejaman dan barbarian. Kesetaraan gender belum muncul secara optimal di masyarakat, ditambah lagi dengan budaya patriarki yang terus langgeng membuat perempuan berada di dalam kelompok yang tersubordinasi. Untuk itu perempuan harus pandai memilih posisi apa yang tepat bagi dirinya, ingin menjadi pemimpin publik sekaligus berhasil dalam kehidupan domestic?ataukah  menjadi pemimpin public tapi gagal dalam urusan domestic?atau bahkan tidak menjadi pemimpin public, tapi sangat berhasil dalam kehidupan domestiknya?. Semua itu adalah pilihan, . Seharusnya diterapkan system androgini, dimana laki-laki dan perempuan sama-sama berharga.

»»  READMORE...

KEPUTUSAN ORANGTUA DALAM MEMILIH PENDIDIKAN ANAK DI SEKOLAH NEGERI FAVORIT (Kasus Masyarakat Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Trayeman adalah sebuah desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal yang tidak dijadikan Kelurahan. Trayeman terletak di jalur pesisir pantai utara Jawa dengan luas wilayah 93 Ha. Masyarakatnya mayoritas bekerja sebagai karyawan swasta, namun ada juga yang menjadi pedagang, PNS, jasa, TNI/POLRI, buruh tani, nelayan, pertukangan, pemulung, dan buruh.
Walaupun dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar, Desa Trayeman termasuk wilayah yang padat penduduknya. Jumlah penduduknya sekitar 4.122 jiwa yang terdiri dari 2.098 laki-laki dan 2.024 perempuan. Desa Trayeman ini dibagi kedalam beberapa wilayah dan terdiri dari 17 Rt serta 4 Rw yang memiliki 1.127 kepala keluarga (Data Monografi Desa Trayeman Tahun 2011). Mayoritas masyarakat Desa Trayeman beragama Islam. Masyaratnya bersifat heterogen seperti masyarakat kota pada umumnya.
Pola pikirvyang diterapkan masyarakat pada jaman dulu terutama masalah pendidikan sudah tidak diterapkan lagi karena pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam menjalani kehidupan khususnya pada jaman sekarang ini. Segala sesuatu didasarkan atas pendidikan yang dimiliki, khususnya dalam mencari suatu pekerjaan karena dunia sekarang penuh dengan persaingan yang ketat sehingga individu dimasa sekarang ini harus mempunyai bekal pendidikan yang memadai.
Saat ini sudah banyak orangtua yang lebih memilih sekolah sebagai sebagai tempat untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak mereka. Hal ini disebabkan karena kesibukan orangtua dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga secara objektif orangtua memerlukan lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik yang baik.
Orangtua memiliki harapan agar anaknya dapat bersekolah. Tujuannya yaitu agar masa depan anaknya menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, pada masyarakat yang telah maju, hampir semua orangtua mengirimkan anak-anak mereka ke pendidikan formal atau sekolah. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang hidup di kota-kota besar saling berebut mendaftarkan anak-anak mereka memasuki sekolah yang tergolong favorit. Hal ini seperti yang terjadi pada sebagian masyarakat Desa Trayeman , Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal yang memutuskan agar anaknya mendapatkan pendidikan yang terbaik bagi masa depannya nanti. Sekolah yang dipilih orangtua ini adalah SMA Negeri 1 Slawi, Kabupaten Tegal.
Keputusan yang diambil orangtua terutama yang tinggal di Desa Trayeman sebenarnya cukup berat, karena melihat kondisi ekonomi orangtua yang tergolong pada ekonomi menengah kebawah. Orangtua yang tergolong golongan ekonomi bawah mayoritas bekerja sebagai wiraswasta atau pedagang yang rata-rata penghasilan kurang lebih sekitar Rp 20.000-Rp 30.000/hari, sedangkan bagi orangtua yang bekerja sebagai buruh penghasilannya sekitar Rp 10.000-Rp 15.000/hari. Kondisi ekonomi yang kurang mendukung tersebut tidak menyurutkan niat orangtua untyk tetap memilih SMA Negeri 1 Slawi sebagai tempat menuntut ilmu bagi anaknya.
SMA Negeri 1 Slawi merupakan sekolah negeri favorit yang terdapat di Kecamatan Slawi, kabupaten Tegal. Sekolah ini memiliki mutu yang sangat baik dibandingkan dengan SMA Negeri lainnya yang terdapat di Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal. SMA Negeri 1 Slawi merupakan sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional sehingga siswanya dituntut untuk aktif yang tentunya mengajarkan siswanya agar mampu berbicara didepan umum bagi kehidupannya kelak.
SMA Negeri 1 Slawi juga memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang bisa menjadi nilai tambah bagi mutu atau kualitas sekolah tersebut selain prestasi yang diperileh dari bidang akademis karena ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang sering ,endapat penghargaan. Kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di sekolah ini diantaranya adalah PMR, PKS, Komputer, Olahraga, Seni Tari, Paduan Suara, Bela Diri, Pramuka, Teater, PASKIBRA.
Penelitian ini dimaksudkan untuk membahas permasalahan mengenai bagaimana kondisi sosial ekonomi orangtua yang memilih pendidikan anak di sekolah negeri favorit serta alasan apa saja yang melatarbelakangi keputusan orangtua memilih pendidikan anak di sekolah negeri favorit di Desa Trayeman. Meskipun dapat dilihat bahwa pada masyarakat Trayeman bisa dikatakan sebagai masyarakat yang kondisi ekonomi menengah kebawah, tetapi masyarakat yang ekonomi bawah mampu berusaha meyekolahkan anaknya untuk bersekolah di SMA Negeri favorit di daerahnya. Ini merupakan perjuangan orangtua demi anaknya agar mampu mendapatkan pendidikan yang lebih layak. Oleh karena itu, permasalahan yang dipilih pada penelitian ini dalam bentuk skripsi  dengan judul “Keputusan Orangtua Dalam Memilih Pendidikan Anak Di Sekolah Negeri Favorit (Kasus Masyarakat Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal)”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana karakteristik SMA Negeri 1 Slawi, Kabupeten Tegal?
2.      Bagaimana kondisi sosial ekonomi orangtua yang memilih pendidikan anak di SMA Negeri 1 Slawi, Kabupaten Tegal?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
1.      Mengetahui karakteristik SMA Negeri 1 Slawi, Kabupaten Tegal.
2.      Mengetahui kondisi sosial ekonomi orangtua yang memilih pendidikan anak di SMA Negeri 1 Slawi, Kabupaten Tegal.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis, berikut penjelasannya :
1.      Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dalam bidang akademis dan member wacana tentang keputusan orangtua dalam memilih pendidikan anak di sekolah negeri favorit.
2.      Manfaat praktis
a.       Dapat memberi informasi kepada para orangtua mengenai arti pentingnya pendidikan bagi seorang anak dalam memperolah bekal untuk masa depannya terutama pendidikan yang bersifat formal.
b.      Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang dapat memperkaya kepustakaan dan dapat dijadikan sebagai bahan pembanding untuk penelitian yang relevan.



»»  READMORE...

Selasa, 29 November 2011

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN MATA KULIAH TEORI SOSIOLOGI MODERN FAKULTAS ILMU SOSIAL

Minggu ke
Pokok Bahasan
Sub Pokok dan Sasaran Belajar
Teknik Pembela
jaran
Media Pembelajaran
Tugas
Referensi
1
TEORI


TIU
Mahasiswa dapat mendeskripsikan pengertian, kegunaan, dan tujuan teori.
1.     Definisi teori
2.     Asal usul teori
3.     Kegunaan teori

TIK
Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, kegunaan, dan tujuan teori dalam penerapan konsep sosiologi.


Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik
-
1
2
PARADIGMA SOSIOLOGI

TIU
Mahasiswa mampu menjelaskan status  paradigma sosiologi, menganalisis permasalahan yang timbul dalam masyarakat Indonesia melalui pengamatan di lapangan.
1.    Definisi Paradigma
2.    Gambaran Paradigma

TIK
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai status paradigma dengan menganalisis permasalahan yang timbul dalam masyarakat
Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik
Analisa kasus masyarakat
1
3
PARADIGMA FAKTA SOSIAL



TIU
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, menganalisis  paradigma fakta sosial .
1.   Definisi paradigma fakta sosial
2.   Exemplar
3.   Pokok Persoalan
4.   Teori –teori
5.   Metode

TIK
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, menganalisis  paradigma fakta sosial dengan cara mengaitkan paradigma melalui permasalahan sosial yang ada dalam masyarakat.
Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik
Resume
1
4
PARADIGMA DEFINISI SOSIAL

TIU
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, menganalisis paradigma definisi sosial
.1.Definisi paradigma definisi sosial
2. Exemplar
3.Pokok Persoalan
4. Teori-teori
5. Metode

TIK
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, menganalisis  paradigma definisi sosial dengan cara mengaitkan paradigma melalui permasalahan sosial yang ada dalam masyarakat.
Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik
Analisa Kasus di masyarakt
1
5
PARADIGMA PERILAKU SOSIAL

TIU
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, menganalisis paradigma perilaku sosial

1.  Definisi paradigma fakta sosial
2.   Exemplar
3.   Pokok Persoalan
4.   Teori –teori
5.   Metode
TIK
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, menganalisis  paradigma perilaku sosial dengan cara mengaitkan paradigma dengan permasalahan sosial yang ada dalam masyarakat.
Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik
Resume
1
6
TEORI SOSIOLOGI MODERN

TIU
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian teori sosiologi modern
1.  Definisi sosiologi modern
2.   Teori dalam sosiologi modern

TIK
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian teori sosiologi modern agar
dapat menganalisis sustu kasus dengan teori yang ada dalam sosiologi modern.
Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik
Analisa kasus masyarakat
1
7
TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL MENURUT  TALCOTT PARSON DAN ROBERT K MERTON

TIU
Mahasiswa mampu menjelaskan  dan menganalisis teori fungsionalisme structural menurut Talcott Parson dan Robert  K Merton.
1.   Definisi teori Fungsional structural
2.   Sistem sosial menurut Talcott Parson dan K Merton.
3.      Perbedaan pandangan antara  Talcott Parson dan K Merton.

TIK
Mahasiswa mampu menjelaskan  dan menganalisis teori fungsionalisme structural menurut Talcott Parson dan Robert  K Merton yang kemudian dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di lapangan.
Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik
Analisa kasus masyarakat
1
8
Mid semester
TIK
Review terhadap daya serap mahasiswa mengenai materi yang diajarkan dosen


Tes

9
TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL MENURUT KARL MAX DAN RANDAL COLLINS

TIU
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan dan menganalisis teori konflik menurut Karl Max dan Randal Coolins.
1.   Definisi teori konflik
2.   Konflik dan Perubahan Sosial
3.      Perbedaan pandangan menurut Karl Max dan Coolins

TIK
Mahasiswa mampu menjelaskan  dan menganalisis teori fungsionalisme structural menurut Karl Max dan Randall Coolins yang kemudian dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di lapangan.
Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik
-

10
TEORI KONFLIK MENURUT RALF DAHRENDOF DAN LEWIS COSER

TIU
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisis teori konflik menurut Ralf Dahrendof dan Lewis Coser
1.      Teori konflik menurut Dahrendof dan Coser.
2.      Konflik dan stratifikasi sosial
3.      Fungsi konflik

TIK
Mahasiswa mampu menjelaskan  dan menganalisis teori fungsionalisme structural menurut Ralf Dahrendof dan Lewis Coser yang kemudian dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di lapangan.
Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik
Analisa kasus di masyarakat

11
TEORI INTERAKSIONISE SIMBOLIK MENURUT GEORGE HERBERT MEAD DAN CHARLES HORTON COOLEY

TIU
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisis teori interaksionisme simbolik menurut George Herbert Mead dan Charles Horton Cooley.
1.      Prinsip dasar teori konflik
2.      Gagasan teori konflik menurut Mead dan Cooley.
3.      Pengaplikasian terhadap kehidupan masyarakat

TIK
Mahasiswa mampu menjelaskan  dan menganalisis teori fungsionalisme structural menurut
George Herbert Mead dan Charles Horton Cooley yang kemudian dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di lapangan.
Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik

Analisa kasus di lingkungan masyarakat

12
TEORI INTERAKSIONISE SIMBOLIK MENURUT HERBERT BLUMER DAN ERFING GOFFMAN

TIU
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisis teori interaksionisme simbolik menurut Herbert Blumer dan Erving Goffman
1.      Gagasan teori interaksionisme simbolik menurut Blumer dan Goffman.
2.      Premis dasar teori konflik

TIK
Mahasiswa mampu menjelaskan  dan menganalisis teori interaksionisme simbolik menurut Herbert Blumer dan Erving Goffman yang kemudian dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di lapangan.
Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik
resume
1
13
TEORI MENURUT GEORGE C HOMANS DAN PETER M BLAU

TIU
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisis teori pertukaran menurut George C. Homans dan Peter M Blau
1.      Gagasan teori pertukaran menurut George dan Peter M Blau.
2.      Proposisi menurut George.

TIK
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisis teori pertukaran menurut George C. Homans dan Peter M Blau yang kemudian dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di lapangan.
Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik
resume

14
TEORI POST-MODERNISME

TIU
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisis teori post-modernisme menurut Fredic Jameson.

1.      Pemikiran dalam upaya menemukan makhluk post- modernism
2.      Konsep post- modernisme.
3.      Ciri masyarakat menurut Jameson

TIK
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisis teori post-modernisme menurut Fredic Jameson yang kemudian dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di lapangan.

Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik
resume
1
15
CONTOH KASUS DARI TEORI-TEORI SOSIOLOGI MODERN

TIU
Mahasiswa mampu memberi contoh  kasus dan menganalisis   sendiri dari kelima teori dalam sosiologi modern.
1.      Kasus sosial
2.      Fenomena sosial
3.      Analisis menyangkut teori

TIK
Mahasiswa mampu memberi contoh  kasus dan menganalisis   sendiri dari kelima teori dalam sosiologi modern yang kemudian dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di lapangan.
Kuliah Mimbar
Papan tulis,spidol,laptop,mik
makalah

16
Ujian Akhir Semester
TIK
Review terhadap daya serap mahasiswa mengenai materi yang diajarkan dosen


tes



Daftar Pustaka
1.     Salim, Agus. 2007. Teori Sosiologi Klasik & Modern. Semarang:UNNES Press.
2.     Ritzer, George. 2003. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


SILABUS

Fakultas                         :         Ilmu Sosial
Jurusan/Prodi                :         Sosiologi Antropologi/Sosiologi Antropologi S1
Mata Kuliah                  :         Teori Sosiologi Modern
Kode Mata Kuliah        :         SOS203
SKS                               :         3 (tiga)
Standar Kompetensi   :           Setelah mengikuti perkuliahan teori sosiologi modern diharapkan para mahasiswa dapat mengetahui , memahami, dan memberikan contoh mengenai konsep teori-teori yang ada dalam teori sosiologi modern dikaitkan dengan kondisi masyarakat saat ini.
.

Kompetensi Dasar
Materi Pokok Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
1.      Mahasiswa dapat mendeskripsikan pengertian teori, kegunaan teori, dan tujuan mahasiswa belajar teori sosiologi.
1.Definisi teori
2.     Asal usul teori
3.     Kegunaan teori
1.      Ceramah
2.      Memberikan contoh kasus
3.      Diskusi
4.      Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.   Tanya jawab
2.   diskusi
3        x 50 menit
Buku sosiologi yang relevan
2.      Mahasiswa mampu menjelaskan status  paradigma sosiologi, menganalisis permasalahan yang timbul dalam masyarakat Indonesia melalui pengamatan di lapangan.
1.    Definisi Paradigma
2.    Gambaran Paradigma

1.   Ceramah
2.   Memberikan contoh kasus
3.   Diskusi
4.   Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.   Tanya jawab
2.   diskusi
3        x 50 menit
Buku sosiologi yang relevan
3.      Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, menganalisis  paradigma fakta sosial .
1.   Definisi paradigma fakta sosial
2.   Exemplar
3.   Pokok Persoalan
4.   Teori –teori
5.   Metode

1.       Ceramah
2.       Memberikan contoh kasus
3.       Diskusi
4.       Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.     Tanya jawab
2.     Diskusi
3        x 50 menit
Buku sosiologi yang relevan
4.  Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, menganalisis paradigma definisi sosial
1. Definisi paradigma definisi sosial
2. Exemplar
3. Pokok Persoalan
4. Teori-teori
5. Metode
1.    Ceramah
2.    Memberikan contoh kasus
3.    Diskusi
4.    Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.     Tanya jawab
2.     diskusi
3x50 menit
Buku sosiologi yang relevan
5.      Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, menganalisis paradigma perilaku sosial
1.  Definisi paradigma perilaku sosial
2.  Exemplar
3. Pokok persoalan
4. Teori- teori
5. Metode
1.   Ceramah
2.    Memberikan contoh kasus
3.    Diskusi
4.   Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.      Tanya jawab
2.      diskusi
3x50 menit
Buku sosiologi yang relevan
6.      Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian teori sosiologi modern
1.  Definisi sosiologi modern
2.   Teori dalam sosiologi modern
1.   Ceramah
2.   Memberikan contoh kasus
3.   Diskusi
4.   Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.      Tanya jawab
2.      diskusi
3x50 menit
Buku sosiologi yang relevan
7.      Mahasiswa mampu menjelaskan  dan menganalisis teori fungsionalisme structural menurut Talcott Parson dan Robert  K Merton.
1.   Definisi teori Fungsional structural
2.   Sistem sosial menurut Talcott Parson dan K Merton.
3.   Perbedaan pandangan antara  Talcott Parson dan K Merton.
1. Ceramah
2. Memberikan contoh kasus
3. Diskusi
4. Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.      Tanya jawab
2.      diskusi
3x50 menit
Buku sosiologi yang relevan
8.   Mid Semester

Ujian Mid semester tertulis
Pemakaian hasil mid
Tertulis


9.   Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan dan menganalisis teori konflik menurut Karl Max dan Randal Coolins.
1.   Definisi teori konflik
2.   Konflik dan Perubahan Sosial
3.   Perbedaan pandangan menurut Karl Max dan Coolins.
1.      Ceramah
2.      Memberikan contoh kasus
3.      Diskusi
4.      Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.      Tanya jawab
2.      diskusi
3x50 menit
Buku sosiologi yang relevan
10.  Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisis teori konflik menurut Ralf Dahrendof dan Lewis Coser.
1.      Teori konflik menurut Dahrendof dan Coser.
2.      Konflik dan stratifikasi sosial
3.      Fungsi konflik.
1.      Ceramah
2.      Memberikan contoh kasus
3.      Diskusi
4.      Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.      Tanya jawab
2.      diskusi
3x50menit
Buku sosiologi yang relevan
11.  Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisis teori interaksionisme simbolik menurut George Herbert Mead dan Charles Horton Cooley.
1.      Prinsip dasar teori konflik
2.      Gagasan teori konflik menurut Mead dan Cooley.
3.      Pengaplikasian terhadap kehidupan masyarakat.
1.      Ceramah
2.      Memberikan contoh kasus
3.      Diskusi
4.      Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.      Tanya jawab
2.      diskusi
3x50menit
Buku sosiologi yang relevan
12.  Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisis teori interaksionisme simbolik menurut Herbert Blumer dan Erving Goffman.
1.      Gagasan teori interaksionisme  simbolik menurut Blumer dan Goffman.
2.      Premis dasar teori konflik.
1.      Ceramah
2.      Memberikan contoh kasus
3.      Diskusi
4.      Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.      Tanya jawab
2.      diskusi
3x50menit
Buku sosiologi yang relevan
13.  Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisis teori pertukaran menurut George C. Homans dan Peter M Blau.
1.      Gagasan teori pertukaran menurut George dan Peter M Blau.
2.      Proposisi menurut George.
1.      Ceramah
2.      Memberikan contoh kasus
3.      Diskusi
4.      Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.      Tanya jawab
2.      diskusi
3x50menit
Buku sosiologi yang relevan
14.  Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisis teori post-modernisme menurut Fredic Jameson.

1.      Pemikiran dalam upaya menemukan makhluk post- modernism
2.      Konsep post- modernisme.
3.      Ciri masyarakat menurut Jameson.
1.      Ceramah
2.      Memberikan contoh kasus
3.      Diskusi
4.      Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.      Tanya jawab
2.      diskusi
3x50menit
Buku sosiologi yang relevan
15.  Mahasiswa mampu memberi contoh  kasus dan menganalisis   sendiri dari kelima teori dalam sosiologi modern.
1.      Kasus sosial
2.      Fenomena sosial
3.      Analisis menyangkut teori
1.      Ceramah
2.      Memberikan contoh kasus
3.      Diskusi
4.      Tanya jawab
Mahasiswa memahami konsep materi pembelajaran pokok
1.      Tanya jawab
2.      diskusi
3x50menit
Buku sosiologi yang relevan
16.  Ujian Akhir Semester
1.      Semua materi dari awal pertemuan.
1.      Mempersiapkan soal
2.      Mempersiapkan lembar jawab
3.      Mengawasi jalannya ujian.
1.      Belajar
2.      Mengikuti Semesteran
Tertulis
2x50menit

»»  READMORE...