Jack Skellington Background

Hello!!

selamat datang di blog sayaa......

Rabu, 21 Desember 2011

GAYA HIDUP KONSUMTIF DI KALANGAN MAHASISWA UNNES SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRESTISE DALAM LINGKUNGAN KAMPUS


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Saat ini masyarakat telah mengalami banyak
telah beralih fungsi, perkembangan, seperti perkembangan teknologi, gaya hidup, ekonomi, bahkan aturan aturan yang ada dalam masyarakat dengan berubahnya sistem adat istiadat yang mereka punya. Perubahan ternyata juga tidak hanya dialami di masyarakat modern saja, tetapi masyarakat tradisional juga seperti yang dialami oleh masyarakat di daerah Sekaran, Semarang, tepatnya di wilayah kampus UNNES. Disini akan dibahas mengenai kehidupan mahasiswa yang telah mengalami perubahan dalam perkembangan teknologi beserta informasi dikawasan kampus UNNES, bukan masyarakat Sekaran. Perkembangan zaman yang semakin modern serta kehidupan manusia selalu berubah silih berganti, begitupula dalam kehidupan ekonomi dan sosialnya.
Gaya hidup merupakan istilah yang sedang populer saat ini dalam masyarakat. Gaya hidup masyarakat Sekaran saat ini telah mengalami perubahan dan perkembangan seiring berkembangnya jaman. Dahulu masyarakat tidak terlalu mementingkan urusan penampilan dan gaya hidup. Mereka lebih mementingkan masalah kebutuhan pokok daripada masalah penampilan,tetapi sekarang berbeda keadaannya ,karena kini urusan penampilan dan gaya hidup mulai menjadi perhatian serius.
Kita akan membahas mengenai gaya hidup konsumtif di kalangan mahasiswa UNNES sebagai upaya peningkatan prestise dalam lingkungan kampus. Terjadinya perubahan ekonomi yang ada dalam mahasiswa UNNES disebabkan oleh mahasiswa lain yang tingkat ekonominya lebih tinggi, pencitraan pergaulan yang lebih luas, pengetahuan teknologi dan informasi yang lebih modern, dan beberapa penyebab lainnya. Dimana cara hidup mahasiswa berubah mulai dari cara mereka berpakaian, bersosialisasi, dan berbagai kegiatan lainnya yang dapat mempengaruhi tingkat kehidupan yang dianggap modern, gaul, keren, oleh mahasiswa.
Perubahan sosial merupakan bagian dariperubahan kebudayaan, perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan perubahan dalam bentuk serta aturan organisasi sosial. Modernisasi merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan sosial dan budaya Indonesia. Modernisasi digunakan untuk menunjuk pada berbagai tahapan perkembangan sosial yang didasarkan pada industrialisasi, pertumbuhan ilmu dan teknologi, negara bangsa modern, pasar dunia kapitalis, urbanisasi, dan berbagai unsure infrastruktur lainnya. Penyebab utama lain dalam perubahan sosial dan budaya di Indonesia yaitu globalisasi. Masyarakat telah mampu melakukan transaksi ekononomi dan informasi dalam waktu singkat melalui teknologi satelit dan komputer. Misalnya adalah para mahasiswa yang pesan pakaian, sepatu, dan tas melalui online shop  agar lebih praktis dalam mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Masyarakat yang terpengaruh budaya global secara sadar atau tidak telah memiliki suatu pola perilaku baru yang khas. Pola perilaku tersebut merupakan sebuah proses pembentukan gaya hidup. Ini berarti bahwa perubahan sosial dan budaya di Indonesia yang disebabkan oleh globalisasi dan modernisasi salah satunyan tampak pada gaya hidup masyarakat.
Gaya hidup bagian dari kehidupan sosial sehari- hari yang telah menjadi trend yang semakin berubah ke arah suatu keniscayaan ketika didalamnya media massa juga turut berperan dan menjadi hal penting dalam membentuk pola budaya konsumtif. Sebelum terjadi budaya konsumtif, awalnya masyarakat hanya mengkonsumsi barang untyk kebutuhan produksi dan konsumsi yang cukup. Namun sekarang semuanya masyarakat sekarang lebih suka mengkonsumsi segala sesuatunya dengan berlebihan. Media massa telah member klaim rasa kepercayaan diri dan eksklusif kepada masyarakat. Maka diperoleh juga prestise, status, kelas, dan symbol sosial tertentu. Konsumerisme dalam kehidupan modern menjelma menjadi sesuatu yang harus segera dipenuhi dan dipuaskan kebutuhannya. Identitas diri ditunjukan dengan berbagai macam produk unggulan yang masyarakat gunakan, diperoleh melalui iklan media massa. Akhirnya masyarakatpun mengabaikana tentang nilai dan kegunaan dari berbagai macam barang yang dibeli, sehingga budaya konsumtif memang telah menjadi gaya hidup masyarakat.
Gaya hidup konsumtif meliputi seluruh kelompok masyarakat termasuk mahasiswa. Mahasiswa merupakan sekelompok pemuda yang seharusnya mengisi waktunya dengan menambah pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian, serta mengisi kegiatan mereka dengan berbagai macam kegiatan positif sehingga akan memiliki orientasi ke masa depan sebagai manusia yang bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa. Tetapi. Kehidupan kampus telah membentuk gaya hidup khas dikalangan mahasiswa dan terjadi akulturasi sosial budaya tinggi dalam mempertahankan prestise dari masing-masing individu. Sebelum terjadi globalisasi dan modernisasi masih banyak mahasiswa yang berorientasi ke masa depan dan jarang melakukan hal-hal yang aneh. Berbeda dengan sekarang, mahasiswa berubah dalam hal berpakaian, pergaulan, pemakaian uang dan kbutuhan lain yang menjadi berlebihan, tidak sesuai kebutuhan. Modernisasi yang dilakukan oleh mahasiswa masa kini cenderung ke arah westernisasi. Terjadi proses peniruan budaya barat yang menurut mahasiswa lebih oke dibanding budaya sendiri. Jadi yang ditiru sebatas pada mode, padahal yang diharapkan oleh modernisasi adalah rasionalitas dan cara berfikir yang tangkas.
Kampus yang seharusnya digunakan sebagai tempat memperoleh ilmu pengetahuan namun sekarang malah dijadikan ajang pamer penempilan dan kekayaan semata. Sehingga ketika banyak mahasiswa menrapkan gaya hidup konsumtif, kehidupan dikampus semakin tidak jelas. Mahasiswa yang cenderung memiliki kelebihan kekayaan menjadi mudah terpengaruh untuk memenuhi gaya hidup yang konsumtif tersebut. Mahasiswa akan dianggap mengikuti perkembangan jaman apabila telah mebeli dan memakai barang-barang dengan merk terkenal. Sebagian mahasiswa lain yang berada dalam tingkat ekonomi menengah juga mengikuti gaya hidup konsumtif akibat tuntutan pergaulan. Sehingga sebagian besar mahasiswa masa kini hanya mementingkan penampilan saja. Berkembangnya gaya hidup konsumtif mencakup semua aliran gender baik laki-laki maupun perempuan. Uang saku mahasiswa lebih dipentingkan untuk membeli berbagai macam barang bermerk untuk mengikuti trend terkini disbanding untuk membeli perlengkapan kampus yang lebih penting seperti buku-buku pendukung perkuliahan.


B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana cara mahasiswa UNNES bergaul demi meningkatkan kebutuhan prestise di dalam kehidupan kampus?
2.      Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif mahasiswa UNNES?

C.     TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui, mengungkap, dan mendeskripsikan tentang sejauh mana pengaruh teknologi dan informasi yang semakin berkembang pesat selain pengaruh antar mahasiswa lain terhadap gaya hidup mahasiswa yang berperilaku konsumtif dari cara mahasiswa UNNES bergaul demi meningkatkan kebutuhan prestise di dalam kehidupan kampus. UNNES. Kemudian mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidu konsumtif mahasiswa UNNES. Tentu pengaruh tersebut tidak lepas dari baik atau buruknya dampak semakin pesatnya kemajuan teknologi dan informasi bagi perubahan gaya hidup yang dialami mahasiswa

D.    MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan disiplin ilmu sosiologi dan antropologi pada khususnya, terutama dalam bidang kajian ekonomi dan sosial. Serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berkenaan dengan masalah-masalah ini. Terutama mengenai gaya hidup mahasiswa dalam kehidupan kampus yang mencakup pola hidup konsumtif .



2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan yang berkaitan dengan aspek sosial ekonomi mahasiswa UNNES dalam berperilaku mengenai gaya hidupnya supaya tidak berperilaku konsumtif. Sebagai  informasi kepada mahasiswa agar lebih mengetahui bagaimana gaya hidup konsumerisme dan faktor yang mempengaruhinya sehingga mahasiswa bisa mengendalikan dirinya untuk tidak melakukan gaya hidup konsumerisme secara berlebihan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA,  LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR

A.    TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai hasil penelitian tentang gaya hidup mahasiswa tentunya sudah banyak dilakukan dengan berbagai macam kebiasaan didalamnya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Wulan Nindya Mantri (2007) tentang ”perbedaan gaya hidup konsumtif mahasiswa UNNES dan UNIKA dalam kehidupan kampus”, yang menjelaskan bahwa mahasiswa konsumtif merupakan mahasiswa yang berpenampilan mengikuti mode di dalam atau di luar kampus, sering pergi ke tempat-tempat yang dapat meningkatkan citra pergaulannya dan sering melakukan kegiatan belanja atau sering disebut shoping oleh mahasiswa pada umumnya. Barang-barang yang menarik intuk dikonsumsi oleh mahasiswa adalah barang-barang yang dapat mendukung penampilan dan barang-barang yang dapat memenuhi hobi. Mahasiswa konsumtif seringnya membeli barang-barang baru padahal barang-barang yang lama belum rusak atau masih dapat digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif mahasiswa dalam kehidupan kampus yaitu : a. perilaku pergaulan mahasiswa, b. kehidupan ekonomi mahasiswa, c. pengaruh informasi dan teknologi, d. didikan dari orangtua dan keluarga.
Kemudian, begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Hany Sukmawati (2009) tentang “latar belakang keterlibatan mahasiswa dalam kelompok band”, yang menjelaskan bahwa sebagian mahasiswa yang mengikuti band berasal dari keluarga ekonomi menengah keatas. Biasanya mahasiswa yang mengikuti band dulunya merupakan siswa yang memiliki prestasi yang baik di sekolahnya dan lebih mudah untuk bersosialisasi terhadap orang lain. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi mahasiswa untuk ikut dalam kelompok band, diantaranya : untuk mengembangkan bakat yang dimiliki, untuk mengikuti gaya dari artis/ band idolanya, untuk mendapatkan penghargaan dari masyarakat, dan tujuan lainnya untuk menarik lawan jenis. Ini merupakan gaya hidup yang dilakukan mahasiswa agar mendapat tanggapan yang baik tentang dirinya, bahwa mahasiswa yang mengikuti band itu keren, gaul,popular, dan lain sebagainya.
Dengan meninjau penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti mengenai gaya hidup mahasiswa, ternyata mengarah kepada perilaku konsumtif yang bertujuan untuk meningkatkan prestise. Gaya hidup merupakan istilah yang sedang populer saat ini dalam masyarakat. Dahulu masyarakat tidak terlalu mementingkan urusan penampilan dan gaya hidup. Mereka lebih mementingkan masalah kebutuhan pokok daripada masalah penampilan, tetapi sekarang berbeda keadaannya karena kini urusan penampilan dan gaya hidup mulai menjadi perhatian serius, tertama dkalangan mahasiswa. Perkembangan disegala bidang terjadi sekarang ini baik secara langsung maupun tidak langsung menuntut masyarakat untuk mampu beradaptasi dengan berbagai bentuk perubahan dan pembaharuan. Banyak mahasiswa yang melakukan apa saja untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Mahasiswa di kampus UNNES, terutama perempuan berlomba- lomba mengenakan pakaian mahal dari berbagai jenis merk yang tersedia di pasaran. Tujuan mereka adalah untuk mendukung penampilan dan memperlihatkan bahwa pakaian yang mereka pakai itu mahal, tidak semua orang dapat memiliki pakaian tersebut.
Kebiasaan dugem dimalam hari juga merupakan kebiasaan mahasiswa yang selanjutnya sudah dipandang sebagai gaya hidup masa kini. Sebenarnya, inti dari seluruh permasalahan gaya hidup yang dilakukan oleh mahasiswa adalah bertujuan untuk meningkatkan prestise. Mahasiswa yang selalu bersaing dalam kegiatan yang harus selalu dianggap baik dan tinggi nilainya, tidak lepas dari gengsi yang dimilikinya. Mahasiswa tidak mau dianggap kuper, kuno, cupu, baik dalam hal berpakaian maupun dalam hal pergaulan. Kenyataannya, mahasiswa yang membeli barang-barang mahal demi memenuhi kebutuhan dan agar selalu dianggap up to date tidak selamanya kaya. Mahasiswa rela meminjam uang untuk membeli barang bermerk, melakukan hal yang selalu berhubungan dengan perlombaan meningkatkan citra pergaulan dikalangan mahasiswa. Tingkat konsumsi yang berlebihan cenderung mengarah ke ajang memamerkan barang, dan mengarah pada kesenjangan social yang semakin jauh antara mahasiswa yang mempunyai gaya hidup mewah dengan yang memiliki gaya hidup sederhana. Mahasiswa terbawa oleh kebiasaan-kebiasaan yang ditimbulkan dari adanya para mahasiswa lain yang kehidupan ekonominya sudah terbiasa tinggi baik dalam sikap maupun perilakunya, terpengaruh tekhnologi yang semakin tinggi peradabannya.


B.     LANDASAN TEORI

1.      GAYA HIDUP DAN PRESTISE
Toffler (Subandy 2000: 165) mengemukakan bahwa gaya hidup yaitu alat yang dipakai individu untuk mengidentifikasi dengan subkultur-subkultur tertentu sehingga gaya hidup dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan mempunyai konsekuensi dalam membentuk pola perilaku tertentu. Misalkan saja menyangkut gaya hidup sehat seorang individu. Untuk merubah gaya hidup sehat seorang individu maka yang diubah bukan hanya individunya saja namun juga lingkungan social dan kondisi tempat tinggal yang mempengaruhi pola perilaku individu tersebut.
Mintel (dalam Chaney 1996: 70) menyebutkan terdapat beberapa jenis tren gaya hidup. Beberapa jenis tren gaya hidup tersebut antara lain:
a.       Pakaian
b.      Musik
c.       Tempat wisata, makan, dan minum
d.      Penampilan pribadi
e.       Tabungan
f.       Buku
g.      Hobi
h.      Olahraga
i.        Kendaraan
Pada saat ini banyak barbagai industri yang menyebabkan banyak masyarakat semakin mementingkan gaya daripada isi maupun fungsinya yaitu industri mode atau fashion, industri kecantikan, industry kuliner, pusat perbelanjaan, apartemen beserta perumahan real estate, makanan cepat saji, handphone, industri iklan dan televisi. Hal ini juga mempengaruhi mahasiswa untuk berperilaku konsumtif demi kebutuhan prestise. Prestise merupakan sebuah keinginan dan harapan untuk kita wujudkan. Namun sesaat kadang kita berfikir, bahwa seberapa besarkah sebuah prestise ini menjadi sebuah kebutuhan dalam kalangan mahasiswa. Apakah prestise itu adalah sebuah cita-cita atau harapan diri, atau malah prestise adalah sesuatu hal yang memang pada dasarnya  pantas untuk didapatkan dari sebuah hasil yang dilakukan yang ini akan timbul dengan sendirinya, tanpa diburu, tanpa dikejar-kejar. Alami dari hasil sebuah proses yang kita lakukan. Di sana ada kata keikhlasan yang akan melahirkan pesona seseorang yang luar biasa.
Seperti halnya mahasiswa dengan gaya hidupnya yang mewah, selalu menggunakan barang-barang bermerek untuk mendapatkan pujian atau ketertaikan bagi mahasiswa lain. Kebanyakan dari mahasiswa yang konsumtif  apalagi penggemar merek tentu tidak asing lagi dengan merek-merek yang mendunia. Sebut saja untuk dunia fashion banyak dikenal Armani, Versace, Guess, Dolce & Gabbana dan belum lagi jebolan desainer kota mode yang banyak diburu mahasiswa Indonesia terutama UNNES. Untuk sepatu dan tas seperti Louise Vuiton, Gucci, Prada, Nevada, Fladeo, FLD, ST Yves sampai merek lokal seperti Yongki Komaladi. Tak ketinggalan pula, merek parfum yang sering diburu antara lain Calvin Klein, Kenzo, Coco Channel, Escada, Paris Hilton, J-lo dan Kylie Minogue. Banyak yang mengatakan merek ialah identitas diri, makin ekslusif merek maka makin dikenal siapa dan seberapa besar pengaruh orang itu. Ketika mereka mengkonsumsi barang bermerek yang menjadi gaya hidup sebuah nilai prestise berharga bagi mahasiswa. Dalam tingkatan mahasiswa seolah terjadi peng-kelas-an atau strata sosial, karena terdapat anggapan bahwa apabila seseorang menggunakan stelan prada, membaca majalah life style serta memanjakan diri di tempat pusat kecantikan “elit” Centre de Beaute adalah manusia modern  masa kini.

2.      KONSUMTIF
Istilah konsumtif berasal dari kata konsumsi yang berarti penggunaan barang atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan sehari- hari yang bisa berhubungan dengan masalah selera, identitas, dan gaya hidup (Webber dalam Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen1992: 199). Jadi konsumsi berkaitan dengan jumlah pengeluaran untuk membeli berbagai jenis barang dan jasa dalam tingkat pendapatan dan jasa dalam tingkat pendapatan dan jangka waktu tertentu.
Awal munculnya perilaku konsumtif terjadi dalam masyarakat kapitalis seperti dalam masyarakat Inggris. Srinati (2004: 269-270) menceritakan secara singkat bahwa mulanya kebutuhan utama masyarakat kapitalis adalah untuk memantapkan kondisi produksi sehingga mesin maupun pabrik yang menghasilkan barang –barang harus dibuat dan terus menerus diperbaharui namun kebutuhan akan konsumsi mulai muncul dan selanjutnya orang perlu memperoleh suatu etika kesenangan atau konsumen selain etika kerja. Semakin meningkatnya kemakmuran dan waktu senggang maupun kemampuan bagian penting kelas pekerja untuk terlibat dalam berbagai macam kegiatan konsumtif.
Dengan meluasnya kehidupan kehidupan kota yang memiliki sisi-sisi budaya, sosial dan kejiwaannya sendiri, maka perilaku konsumtif telah muncul sebagai cirri-ciri menonjol dalam kehidupannya. Kegemaran atau hal-hal yang disukai konsumen terbentuk melalui pembangunan pusat-pusat kota sebagai tempat hiburan yang berlebihan, system penerangan listrik dan transportasi umum, restoran, café, salon-salon mewah, bioskop, pusat-pusat perbelanjaan, kebiasaan pameran, dan lain-lain (Chaney 1996: 58-59). Dengan adanya pembangunan-pembangunan tersebut merupakan salah satu faktor yang meningkatkan banyaknya perilaku konsumtif diberbagai negara, termasuk Indonesia dan terutama dikalangan kampus seperti UNNES.  
Salah satu perubahan sosial yang menyertai kemajuan ekonomi di Indonesia beberapa tahun terakhir ini adalah perkembangan berbagai gaya hidup, sebagai fungsi dari diferensiasi sosial yang tercipta relasi sosial dalam hal konsumsi. Didalam perubaahan tersebut, konsumsi tidak lagi sekedar berkaitan dengan nilai guna dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia tertentu, akan tetapi kini berkaitan erat dengan unsur- unsur simbolik untuk menandai kelas, status, prestise, atau simbol sosial tertentu. Konsumsi mengexpresikan posisi sosial dan identitas seseorang dalam kehidupan sosial masyarakat. Yang dikonsumsi tidak lagi sekedar objek tetapi juga makna- makna sosial yang tersembunyi di baliknya. Kecenderungan seperti ini oleh pemikir sosial dan budaya  Eropa pada umumnya disebut sebagai budaya konsumerisme ( Piliang, 2004: 179).
Sebenarnya perilaku konsumtif adalah keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan hanya untuk mencapai kepuasan maksimal batin mahasiswa. Perilaku konsumtif terjadi karena telah banyaknya tempat-tempat hiburan, mall dan tempat perbelanjaan, café, dan lain-lain sehingga pola konsumsi telah berubah yang mulanya hanya untuk memenuhi kebutuhan menjadi sarana pembentukan identitas diri dalam pergaulan sehari- hari. Perilaku konsumtif tersebut dialami juga oleh mahasiswa pada umumnya. Mahasiswa yang sebaiknya beraktivitas di dalam kampus untuk melakukan kegiatan- kegiatan yang bermanfaat malah lebih memilih menghabiskan waktunya  berada di mall untk mengkonsumsi barang barang yang kurang diperlukan dan berada di tempat hiburan malam demi kepuasan semata untuk meningkatkan prestise. Ini berarti yang diinginkan mahasiswa dalam setiap perilaku konsumtifnya  seperti untuk mendapatkan pakaian, handphone, sepatu, serta tempat-tempat yang menawarkan gaya hidup modern yaitu café, restoran cepat saji, club malam, dan lain-lain.
3.      MAHASISWA DAN KEHIDUPAN KAMPUS
Pengertian mahasiswa adalah komunitas yang diharapkan dapat menerapkan pendidikan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari seperti yang dikemukakan oleh ishak (Fauzi 1991: 221) bahwa mahasiswa merupakan seorang individu yang sedang menjalani kurun waktu tertentu dalam dunia pendidikan, terjembatinya atau dikomunikasikannya antara masa pendidikan teoritis dengan masa pendidikan yang mulai mencocokan realitas sosial di luar lingkungan kampus dengan kaidah-kaidah teoritis yang mereka pelajari dan disinilah bermula wawasan idealism sebagai akibat hasil refleksinya antar pengetahuan social yang ada dengan kaidah nilai universal yang mereka pelajari atau yakini.
Tiap mahasiswa mempunyai identitas sendiri baik itu karekter, sifat yang ada dalam diri sendiri ataupun identitas yang melekat dalam diri manusia berasal dari luar misalnya status sosialnya dimata manusia lain. Perilaku individu dapat dipelajari dengan identitas yang muncul baik itu sifat, sikap, kata-kata (penrnyataan) atau perbuatan yang dilakukan mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa denga pendidikan yang dimilikinya maka akan memperoleh ruang interaksi dan mobilitas yang luas tidak hanya didalam kampus namun juga diluar kampusnya. Interaksi dan mobilitas yang dilakukan mahasiswa bisa sebagai bentuk pencarian di identitas seorang mahasiswa.
Seiring perkembangan jaman yang ditandai dengan merebaknya berbagai bentuk gaya hidup modern, mahasiswa yang diharapkan mempunyai kemampuan sebagai agent of change tersebut telah banyak berkurang. Mahasiswa dating dari berbagai daerah. Kehidupan dikampung asalnya tentu berbeda dengan kehidupan disekitar kampus yang mayoritas telah terpenuhi oleh fasilitas-fasilitas gaya hidup modern. Maka mahasiswa yang sudah terlena dengan berbagai fasilitas-fasilitas tersebut akan menjadi individu yang tidak mampu memilih hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sehingga senantiasa membeli banyak barang baru untuk mengikuti tren perekembangan jaman. Mahasiswa yang seperti itu akan menjadi mahasiswa yang memiliki gaya hidup konsumtif. Sebaliknya mhasiswa yang tidak terpengaruh akan tetap konsisten pada tujuannya menjadi seorang mahasiswa yang sebenarnya yaitu menuntut ilmu dalam perkuliahan atau berorientasi pada akademisnya. Layaknya dikampus UNNES.
Mahasiswa merupakan suatu kelompok pemuda yang kelak akan berhasil memperoleh pendidikan yang memadai, luas jaringan informasi serta merasa intim dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Alfian (1986: 85) mengemukakan ada tiga hal atau sifat yang mewarnai persepsi, sikap dan tingkah laku mahasiswa maupun kelompok pemuda sebagai orang-orang muda yang berhasil menjadi pejuang nasionalis dan endekiawan bangsa yang bermutu dan berintegritas tinggi yaitu:
a.       Keberanian mereka untuk memahami diri dan bangsanya secara jujur dan kriris
b.      Keterbukaan terhadap pembaharuan dan perubahan
c.       Rasa kesetiakawanan atau solidaritas yang dalam terhadap sesama bangsanya.
Maka kampus atau perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi sarana membentuk karakter mahasiswa seperti yang dikemukakan oleh Alfian diatas sehingga mampu menjelma sebagai generasi penerus dalam mempelopori kemajuan bangsa dan dapat memcahkan segala konflik atau ketimpangan- ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat.
Kampus dianggap sebagai tempat belajar yang cukup kompeten karena mahasiswa dapat menggantungkan impian, cita- cita, dan masa depan. Ruang kuliah sebagai pusat ilmu dimana mahasiswa tak sekedar dating untuk kuliah, ujian, dan kumpul tetapi kampus menjadi agen pengembangan bakat dan penanaman nilai-nilai, sehingga dari ruang kuliah dan berbagai kegiatan kampus itu diharapkan akan lahir mahasiswa yang kreatif, kritis, bertanggungjawab, dan bermoral.
Dalam penelitian ini kehidupan kampus dijadikan sebuah tempat berlangsungnya gaya hidup konsumtif mahasiswa. Kampus yang seharusnya hanya sarana belajar mahasiswa kini dengan berbagai factor yang mempengaruhi berkembangnya gaya hidup konsumtif dikalangan mahasiswa, kampus lantas berubah menjadi tempat ajang pamer penampilan dan gaya hidup. Kampus yang dijadikan lokasi penelitian ini adalah UNNES. Untuk itu diperlukan teori untuk memperjelas pokok bahasan gaya hidup mahasiswa dalam rangka memenuhi kebutuhan prestise. Teori itu antara lain :
a.      Teori interaksionisme simbolik
Diawali dari karya Mead yang membahas tentang interaksionisme simbolik dari filsafat pragmatisme behaviorisme phiskologis (Joas, 1985; Rock, 1979). Ada tiga hal penting dalam interaksionisme simbolik:
1)   pusat perhatian interaksi antar aktor dan dunia nyata,
2)   memandang baik actor dan dunia nyata sebagai suatu proses dinamis dan bukan sebagai struktur yang statis,
3)   arti penting yang dihubungkan kepada kemampuan aktor untuk menafsirkan kehidupan sosial.
Menurut John Dewey (Sjoberg et al., 1997), bahwa pemusatan perhatian pragmatisme dalam interaksionisme simbolik didasarkan karena membayangkan pikiran sebagai sebuah proses berpikir yang meliputi serentetan tahapan, mencakup: pendefinisian objek dalam dunia sosial, melukiskan kemungkinan akibat dari tindakan, menghilangkan kemungkinan yang tidak dapat dipercaya dan memilih cara bertindak yang optimal (stryker, 1980). Dalam hal ini mahasiswa dibayangkan sebagai agen yang bebas, tetapi mahasiswa dan kesadaran serta perilaku mereka dikendalikan oleh komunitas yang luas seperti halnya cara mereka bergaul dalam lingkungan kampus.
Behaviorisme radikal Watson (Bucley, 1989) memusatkan perhatian pada perilaku individual yang dapat diamati. Sasaran utamanya ada pada perilaku yang mendatangkan rerpon (stimulus). Hal ini bertentangan dengan Mead yang mengakui arti penting yang diamati, dimana ada aspek tersembunyi dan perilaku yang diabaikan oleh behavior radikal. Ia lebih mengembangkan ilmu pengetahuan empiris behavior terhadap fenomena, yaitu terhadap apa yang terjadi antara stimulus dan respon. Seperti mahasiswa yang melakukan pembelian barang-barang yang tidak perlu dan menghambur-hamburkan uang demi keperluan yang tidak begitu penting itu hanya untuk ajang pamer dan memperlihatkan bahwa pola hidup mahasiswa yang demikian itu lebih tinggi dibanding mahasiswa lainnya. Tujuan terselubungnya adalah untuk mendapatkan prestise atau pujian dilihat dari citra pergaulannya (respon).
Blumer menciptakan istilah interaksionisme simbolik pada tahun 1937 dan menulis beberapa artikel essay yang menjadi instrumen penting bagi perkembangannya. Menurut Blumer, antara teori yang dikemukakan Mead dan dirinya keduanya mengabaikan proses penting yang memberikan makna atas perilakunya sendiri (Morrione, 1988).  Menurut Blumer, kaum behavioris, dengan penekanan mereka pada dampak stimulus external terhadap perilaku individu jelas merupakan reduksionis phsikologis.
Menurut Mead, keseluruhan sosial mendahului pemikiran individual baik secara logika maupun secara temporer. Bahwa kelompok sosial muncul lebih dahulu, dan kelompok sosial menghasilkan perkembangan keadaan mental kesadaran diri. Artinya, mental mahasiswa konsumtif terbentuk dari keadaan lingkungan atau teman dalam pergaulan mereka. Seorang mahasiswa yang tadinya sederhana menjadi berpola hidup konsumtif desebabkan oleh pengaruh gaya hidup mahasiswa lain yang terus menerus Ia peroleh dalam lingkungan pergaulan.
Tindakan hanya melibatkan satu tindakan, satu orang, tindakan sosial melibatkan dua orang atau lebih. Menurut Mead, gerak atau sikap isyarat adalah mekanisme dasar dalam tindakan sosial dan dalam proses sosial yang lebih umum. Sedangkan gesture adalah gerakan organisme pertama yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan (secara sosial) yang tepat dari organisme kedua. Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat simbol-simbol itu sama dengan sejenis tanggapan yang diperoleh dari orang yang menjadi sasaran isyarat. Simbolik signifikan juga memungkinkan interaksi simbolik. Artinya orang dapat saling berinteraksi tida hanya melalui isyarat tetapi juga melalui simbol.
Simbol dalam gaya hidup konsumtif di kalangan mahasiswa UNNES dalam peningkatan prestise ditunjukan melalui pakaian-pakaian yang dikenakan,parfum yang digunakan, sepatu, dan sendal beserta merek yang tertera didalamnya. Itu artinya dengan barang-barang yang dikonsumsinya dapat mencitrakan bagaimana pergaulan yang dilakukan mahasiswa tersebut.
Dalam pergaulan tak lepas dari diri kita sendiri. Menurut Mead pada dasarnya merupakan kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek. Yaitu kemampuan khusus untuk menjadi subyek maupun obyek. Contoh: diri tidak terlibat dalam tindakan yang dilakukan karena kebiasaan atau dalam pengalaman fisiologis spontan tentang kesakitan atau kesenangan. Dimana diri sangat berhubungan secara dialektis dengan pikiran. Artinya, di satu pihak Mead menyatakan bahwa tubuh bukanlah diri dan baru akan menjadi diri bila pikiran telah berkembang. Sebaliknya diri dan refleksitas penting bagi perkembangan pikiran. Oleh karena itu diri merupakan aspek lain dari proses sosial menyeluruh dimana individu adalah sebagai bagiannya.
Mekanisme umum untuk mengembangkan diri adalah refleksitasatau kemampuan dalam menempatkan didri secara tak sadar kedalam tempat orang lain dan bertindak seperti mereka bertindak. Selain itu diri juga memungkinkan orang berperan dalam percakapan dengan orang lain. Untuk mempunyai diri, individu harus mampu mencapai keadaan ”di luar dirinya sendiri” sehingga mampu mengevaluasi diri sendiri, maupun menjadi obyek bagi dirinya sendiri. Dimana dalam bertindak rasional kini mereka mencoba memberikan diri sendiri secara impersonal, obyektif dan tanpa emosi.persoalannya orang tidak dapat mengalami diri sendiri secara langsung seperti dikatakan Mead, ”hanya dengan mengambil peran orang lainlah kita mampu kembali ke diri kita sendiri” (1959: 184-185).

C.    KERANGKA BERFIKIR
Kerangka berfikir memaparkan dimensi kajian utama, factor kunci, variable- variable dan hubungan- hubungan antar dimensi yang disusun dalam bentuk narasi dan grafis.
Kerangka berfikir dalam penelitian ini didasarkan pada asumsi- asumsi bahwa ada sejumlah pengaruh dari gaya hidup yang terdiri dari kondisi ekonomi keluarga, lingkungan tempat tinggal (kost atau rumah), hubungan (pergaulan) mahasiswa dengan masyarakat, perkembangan informasi, dan teknologi, sehingga menimbulkan gaya hidup konsumtif. Disamping itu juga ada hubungan dengan tata kehidupan kampus yang mempengaruhi gaya hidup dan konsumtif yang dilakukan mahasiswa. Dimana semua pernyataan tersebut bertujuan untuk meningkatkan prestise dikalangan mahasiswa yang selalu berhubungan dengan gengsi. Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan dibawah ini :




Mahasiswa

Konsumtif

Gaya hidup
 




Hubungan / pergaulan
Kondisi ekonomi
Lingkungan tempat tinggal
Perkembangan informasi dan teknologi


Prestise

Kehidupan kampus
               

3 komentar:

Merle mengatakan...

Terimakasih sangat membantu saya yang masih sma buat penelitian sosiologi

Unknown mengatakan...

Kak izin kutip juga ya sumber dari pengertian-pengertian diatas. terimakasih sangat membantu dalam tulisan saya.

Unknown mengatakan...

Daftar pustakanya dong kak

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar