A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dengan semakin berkembangnya jaman, semakin berkembang pula kemajuan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Seiring dengan perubahan tersebut kehidupan dan sifat masyarakat juga berubah, begitu pula norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat mulai bergeser. Perubahan dan pergeseran tersebut juga mempengaruhi perilaku remaja pada masa sekarang. Pergeseran terjadi karena pengaruh perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat.
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, dimana individu belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk didalam interaksi dengan kelompoknya, maka orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan remaja. Di dalam keluarga anak untuk pertama kalinya mulai mengenal aturan-aturan, norma, nilai yang mengatur hubungan atau interaksi antar anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya, terutama hubungan orang tua dan anak. Walaupun teman-teman sebaya juga memegang peranan penting,akan tetapi intinya terletak pada pendidikan dirumah. Pola pendidikan yang di laksanakan oleh orang tua merupakan pemegang peranan utama, sehingga menghasilkan remaja yang patuh atau menentang .
Orangtua memiliki peranan penting dalam memberikan perhatian pada anak-anaknya. Selain di rumah,juga di sekolah anak mengembangkan segala aspek pada dirinya secara fisik, emosional dan intelektual untuk pertama kalinya. Kadang orang tua terlalu banyak menuntut kepada remaja dan tidak memberi kesempatan kesempatan untuk berkembang sendiri sesuai dengan inisiatif dan pola pikirnya. Namun ada pula orang tua yang terlalu sedikit dalam memberikan rangsangan, anjuran atau bimbingan yang di butuhkan oleh remaja. Hurlock (1993:115) Pada dasarnya tipe-tipe pola asuh orang tua dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif dimana masing-masing pola memiliki pengertian dan ciri-ciri tersendiri.
Masalah yang di hadapi oleh keluarga sekarang ini kebanyakan disebabkan oleh kesibukan-kesibukan orang tua. Orangtua yang memiliki pekerjaan formal seringkali terikat dengan tuntutan jam kerja yang sangat padat, sehingga tidak adanya waktu untuk memperhatikan anak. Selain itu orangtua yang memiliki pekerjaan informal, biasanya harus bekerja lebih giat untuk memenuhi kebutuhan keluarga, apalagi dengan meningkatnya persaingan dalam dunia usaha seperti sekarang ini. Dengan bekerjanya di luar rumah dan kegiatan anak di sekolah maupun di luar sekolah, waktu bersama semakin sedikit akibatnya komunikasi terhadap anak berkurang, bahkan tidak sedikit yang tidak memperhatikan sama sekali atau mendidik dengan cara memberi kebebasan secara mutlak kepada anak. Sehingga dalam hal ini dengan kesibukan orang tua dan kurangnya komunikasi dengan anak, dalam keluarga akan menimbulkan pola asuh permisif.
Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berperilaku sesuai keinginanya sendiri. Orangtua tidak pernah memberikan aturan dan pengarahan kepada anak,semua keputusan di serahkan kepada anak terhadap pertimbangan orang tua. Anak tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah, akibatnya anak akan berperilaku sesuai dengan keinginanya sendiri, tidak peduli apakah hal itu sesuai dengan norma-norma masyarakat atau tidak.
Hurlock (1993:125), orangtua yang permisif adalah orang tua yang memberikan kebebasan secara penuh kepada anak untuk mengambil keputusan dan melakukannya serta tidak pernah memberikan penjelasan atau pengarahan kepada anak dan hampir tidak pernah ada hukuman atau hadiah, sehingga metode disiplin permisif berate sedikit disiplin atau tidak ada disiplin. Hurlock (Ihromi 1999:51) pola ini di tandai oleh sikap orang tua yang membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan dari tingkah lakunya. Pada saat terjadi hal yang berlebihan barulah orang tua bertindak. Pada pola ini pengawasan menjadi sangat longgar.
Pada saat di terapkan pola asuh permisif, anak akan merasa bahwa orang tua tidak peduli dengan segala perilaku yang dilakukan, bahkan orang tua tidak pernah memberikan bimbingan dan peranan yang berarti dalam perkembangan anak. Anak beranggapan bahwa apapun yang di lakukan, tidak ada permasalahan oleh orang tua karena tidak peduli apakah hal tersebut benar atau salah.
Remaja pada umumnya kurang memiliki kontrol diri atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut, dan suka menegakan setandar tingkahlaku sendiri, disamping meremehkan keberadaan orang lain. Kurang dimilikinya kontrol diri dan adanya penegakan standar tingkah laku oleh remaja dibutuhkan pihak yang mampu mendukungnya, membimbing, mengarahkan dan mendorong dirinya kearah kematangan. Namun sering kali kita jumpai remaja tidak mendapatkan apa yang sebetulnya oleh remaja sendiri. Keadaan demikian mendorong remaja lebih memilih untuk mendapakanya di luar rumah. Dengan tidak diperolehnya dukungan dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua, remaja mudah terjerumus pada hal-hal negative seperti halnya rokok.
Dewasa ini perilaku merokok sudah menjadi perilaku yang umum. Gencarnya peringatan bahaya rokok ternyata tidak mengurangi jumlah perokok. Jika ada yang berhenti merokok itu terjadi dalam jumlah yang sedikit, sedangkan jumlah perokok baru akan terus bertambah. Menghisap rokok atau merokok merupakan suatu adat kebiasaan yang dapat ditemui diberbagai kalangan dan berbagai wilayah. Rokok menjadi suatu simbol pergaulan. Remaja beranggapan bahwa merokok akan membawa dampak positif misalnya dapat menemani dan membantu saat berkosentrasi. Kenyataannya sisi baik itu tidak sebanding dengan kerugian yang ditimbulkan. Zat yang terkandung dalam rokok mengandung berbagai faktor resiko bagi kesehatan, membuat si pemakai beresiko tinggi untuk menderita beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Berbagai macam penyakit yang erat kaitannya dengan merokok antara lain kanker paru-paru, kanker, tenggorokan, bronchitis, penyakit jantung dan penyakit gangguan pernafasan lainnya.
Usia remaja yang sedang mencari jati diri, selau ingin mencoba segala sesuatu yang belum diketahui dan rasa ingin tahu yang besar, apabila tidak diarahkan pada hal-hal positif akan menimbulkan tindakan yang merugikan dan beresiko tinggi. Dalam hal ini pola asuh yang diterapkan orangtua akan berpengaruh besar terhadap perilaku remaja. Berbagai situasi sulit, dalam keluarga dapat pula mempersulit si remaja untuk mencari “panutan” dalam keluarganya sendiri yang membuatnya dengan mudah tertarik untuk mencari figur-figur pengganti diluar keluarga yang berakibat timbulnya pelampiasan seperti merokok.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “DAMPAK POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA LAKI-LAKI (Studi Kasus Pada Remaja Laki-Laki yang Merokok di Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal)”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka permasalahan dari penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh pola asuh permisif orang tua terhadap perilaku merokok pada remaja laki-laki yang merokok di Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh pola asuh permisif orang tua pada remaja laki-laki yang merokok di Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal?
2. Apakah penyebab timbulnya perilaku merokok pada remaja laki-laki di Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara pola asuh permisif orang tua terhadap perilaku merokok pada remaja laki-laki yang merokok di Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal.
2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya perilaku merokok pada remaja laki-laki di Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teroritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan atau wawasan terutama dalam hal pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap perilaku remaja.
2. Manfaat praktis
a. Bagi orang tua , sebagai informasi dalam membimbing dan mengarahkan anak-anaknya untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
b. Bagi remaja, dapat memberi masukan agar dapat mengembangkan sikap sosial positif dengan meningkatkan komunikasi dalam keluarga.
E. PENEGASAN ISTILAH
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:849). Pengaruh di artikan sebagai daya yang ada atau sesuatu yang timbul dari sesuatu (orang, benda dan sebagainya) yang berkuasa dan menimbulkan kekuatan (Poerwadarminta 1983).
2. Pola Asuh Permisif Orang Tua
Permisif adalah suatu bentuk pola asuh orang tua dimana di dalmanya terdapat aspek-aspek kontrol yang sangat longgar terhadap anak, hukuman dan hadiah tidak pernah di berikan, semua keputusan diserahkan kepada anak, orang tua bersikap masa bodoh dan pendidikan bersifat bebas (Hurlock, 1993:125). Dengan demikian Pola asuh permisif orang tua dapat diartikan sebagai pola perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak, yang membebaskan anak untuk melakukan apa yang ingin dilakukan tanpa mempertanyakan.
3. Perilaku Merokok
Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh individu yang satu dengan individu yang lainnya dan bersifat nyata (Sarwono 2000:16). Merokok adalah menghisap rokok, sedangkan rokok adalah gulung tembakau yang bersifat nipah atau kertas (Poerwadarminta 1983:830).
F. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Asuh Permisif Orangtua
1. Pengertian Pola Asuh Permisif Orangtua
Permisif adalah suatu bentuk pola asuh orangtua dimana didalamnya terdapat aspek-aspek kontrol yang sangat longgar terhadap anak, hukuman dan hadiah tidak pernah di berikan, semua keputusan di serahkan kepada anak, orang tua bersikap masa bodoh dan pendidikan bersifat bebas (Hurlock 1993:125).
Pola asuh permisif dapat diartikan sebagai pola perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak, yang membebaskan anak untuk melakukan apa yang ingin di lakukan tanpa mempertanyakan. Pola asuh ini tidak menggunakan aturan-aturan yang ketat bahkan bimbinganpun kurang diberikan, sehingga tidak ada pengendalian atau pengontrolan serta tuntutan kepada anak. Kebebasan diberikan penuh dan anak diijinkan untuk member keputusan untuk dirinya sendiri, tanpa pertimbangan orang tua dan berperilaku menurut apa yang diinginkannya tanpa ada kontrol dari orang tua. Dengan hal ini anak berusaha belajar sendiri bagaimana harus berperilaku dalam lingkungan sosial.
Karena kurang adanya arahan, baik yang berlaku dalam lingkungan keluarga maupun di lingkungan sosial, meskipun sengaja melanggar peraturan, tidak diberlakukan hukuman dan juga tidak ada hadiah bagi yang berperilaku sosial dengan baik. Jadi orang tua membiarkan anak berbuat dengan sesuka hati dengan sedikit kekangan, memanjakan dan memenuhi kehendaknya agar mereka senang. Remaja dengan orang tua permisif cenderung seenaknya sendiri, kurang bertanggung jawab, manja dan kurang berfikir dalam bertindak karena remaja tidak diberi bimbingan dan arahan oleh orang tua untuk berperilaku yang baik.
Dalam pola asuh ini orangtua bersifat permisif (serba membolehkan), tidak mengendalikan, kurang menuntut. Mereka tidak terorganisasi dengan baik atau tidak efektif dalam menjalankan rumah tangga, lemah dalam mendisiplinkan dan mengajar anak-anak, hanya menuntut sedikit dewasa dan hanya member sedikit perhatian dalam melatih kemandirian dan kepercayaan diri. Orang tua dengan pola asuh permisif dibiarkan mengatur tingkah laku mereka sendiri dan membuat keputusan sendiri.
Hurlock (1999:94) pola asuh permisif tidak menggunakan aturan-aturan ketat bahkan bimbinganpun jarang sekali di berikan sehingga tidak ada pengendalian dan pengontrolan serta tuntutan kepada anak. Kebebasan diberikan penuh dan anak diijinkan membuat keputusan untuk dirinya sendiri tanpa pertimbangan orang tua dan boleh berperilaku menurut apa yang diinginkan tanpa ada kontrol dari orangtua.
2. Aspek-Aspek Pola Asuh Permisif Orangtua
Menurut Baumrind (mussen 1989:399), secara garis besar pola asuh orang tua terdiri dari empat aspek, antara lain :
a. Kontrol
b. Hukuman dan Hadiah
c. Dominasi
d. Komunikasi
Empat aspek tersebut terdap dalam semua jenis pola asuh, termasuk dalam pola asuh permisif hanya saja kadarnya yang berbeda.
Proboningrum (1993:23) bahwa aspek-aspek dari salah satu jenis pola assuh, yaitu pola asuh permisif orangtua, antara lain :
a. Orang tua bersifat toleren terhadap anak
Orang tua tidak peduli dengan tindakan anak yaitu dengan tidak ada batasan atau peraturan-peraturan tertentu dalam keluarga.
b. Hukuman atau hadiah tidak pernah diberikan
Tidak ada tindakan dari orang tua terhadap sikap anak baik yang bersifat positif maupun negative, yang berupa hadiah atau hukuman.
c. Komunikasi hampir tidak ada
Orang tua dan anak jarang sekali terjalin komunikasi yang melibatkan kedua belah pihak yang aktif.
d. Semua keputusan di serahkan kepada anak
Kebebasan di berikan kepada anak sepenuhnya dalma penagmabilan keputusan tanpa memperhatikan kebutuhannya.
e. Kontrol terhadap anak longgar
Tindakan orang tua yang tidak peduli dengan semua tindakan anak atau sikap anak.
B. Perilaku Merokok
1. Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh individu yang satu dengan individu yang lainnya dan bersifat nyata (Sarwono 2000:16).
Secara garis besar perilaku merupakan kesiapan individu untuk bereaksi atau memberikan tanggapan terhadap stimulus atau rangsang, baik stimulus eksternal maupun internal, antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, yang dapat diobservasi atau dapat diamati secara umum atau obyektif.
Merokok adalah menghisap rokok, sedangkan rokok adalah gulungan tembakau yang bersalut nipah atau kertas (Poerwadarminta 1983:830). Merokok adalah sesuatu yang di lakukan oleh karena berbagai alassan yang berbeda. Beberapa orang meraasa dengan merokok dapat membuat mereka lebih baik secara fisik untuk sementara. Beberapa orang yang lain melakukannya untuk menghilangkan kecemasan dan ketegangan tersebut akan hilang dalam waktu sementara. Merokok merupakan kebiasaan yang tidak baik karena merokok dapat menimbulkan berbagai macam penyakit yang kemungkinan besar dapat berakibat fatal pada pemakainya.
Perilaku merokok biasanya dimulai pada masa remaja awal. Kebanyakan mualai merokok karena ingin mencoba, rasa ingin tahu yang besar membuat melakukannya. Seseorang merokok dengan berbagai alasan, seperti sebagai penghilang kecemasan, untuk suatu ketenangan atau hanya untuk santai.
Hurlock (1996:185) mengidentifikasikan masa remaja sebagai fase negative yakni sebagai fase dimana perilaku remaja mendadak sulit di duga dan seringkali agak melawan norma sosial yang berlaku. Keadaan demikian akan berpengaruh terhadap sikap dan prilakunya. Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian masa remaja awal antara umur 12-15 tahun, masa remaja pertengahan antara umur 15-18 tahun, masa remaja akhir antara umur 18-21 tahun.
Perkembangan sosial pada remaja ditandi dengan adanya kecenderungan untuk memasuki masa kedewasaan, longgarnya ikatan keluarga, karena remaja lebih banyak berada di luar rumah, dimana hal ini akan mempengaruhi minat dan tingkah laku. Demikian pula bila temannya mencoba minum alcohol, obat-obatan terlarang, atau rokok, maka remaja cenderung mengikuti tanpa mempedulikan perasaan sendiri dan akibatnya. Salah satu cirri-ciri remaja adalah selalu ingin mencoba segala sesuatu yang belum diketahui dan adanya rasa ingin tahu yang besar.
2. Teori Paradigma Perilaku Sosial
Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya. Secara singkat pokok persoaalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkahlaku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkahlaku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan aktor.
Adapun teori yang termasuk ke dalam paradigma perilaku sosial (Ritzer 2003:73), antara lain:
1. Teori Behavioral Sociology
Behavioral sociology dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip psikologi perilaku ke dalam sosiologi. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat tingkahlaku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkahlaku aktor. Teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi itu melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. Yang menarik perhatian Behavioral Sociology adalah hubungan historis antara akibat tingkahlaku yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkahlaku yang terjadi di masa lalu mempengaruhi tingkahlaku yang terjadi di masa sekarang. Dengan mengetahui apa yang diperoleh dari suatu tingkahlaku nyata di masa lalu akan dapat diramalkan apakah seseorang aktor akan bertingkahlaku yang sama (mengulanginya) dalam situasi sekarang. Konsep dasar Behavioral Sociology yang menjadi pemahamanya adalah “reinforcement” yang dapat di artikan sebagai ganjaran (reward). Tak ada sesuatu yang melekat dalam obyek yang dapat menimbulkan ganjaran. Perulangan tingkahlaku tak dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri. Perulangan di rumuskan dalam pengertian aktor. Sesuatu ganjaran yang tak membawa pengaruh terhadap aktor tidak akan diulang.
2. Teori Exchange
Homan (Ritzer 2004:75) Teori Exchange secara garis besarnya sebagai berikut:
a. Jika tingkahlaku atau kejadian yang sudah lewat dalam konteks stimulus dan situasi tertenu memperoleh ganjaran, mak besar kemungkinan tingkahlaku atau kejadian yang mempunyai hubungan stimulus dan situasi yang sama akan terjadi atau di lakukan.
b. Menyangkut frekuensi ganjaran yang diterima atas tanggapan atau tingkah laku tertentu dan kemungkinan terjadinya peristiwa yang sama pada waktu sekarang. Makin sering dalam peristiwa tertentu tingkahlaku seseorang memberikan ganjaran terhadap tingkah laku orang lain, makin sering pula orang lain itu mengulang tingkah laku itu.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Merokok
Sarafino (1990:219), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu:
a. Faktor sosial
Perilaku merokok selain dari teman dekat, orang tua juga berpengaruh besar munculnya perilaku tersebut. Lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalh orang tuanya. Melalui lingkungan itulah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari, sehinga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perilaku yang dilakukan oleh anaknya.
b. Faktor Psikologis
Jika kebutuhan psikologis dan sosiologis seseorang dapat terpenuhi, maka individu yang bersangkutan dapat merasa gembira, harmonis dan menjadi orang yang produktif. Namun sebaliknya jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada keputusan dalam hidup seseorang, ia dapat frustasi, mengalami ketegangan.ada beberapa alasan psikologis yang menyebakan seseorang merokok, yaitu: untuk relaksasi atau ketenangan, mengurangi kecemasan dan ketegangan.
c. Faktor Biologis
Perilaku merokok dimulai pada masa awal remaja dan percobaan merokok iyu maju berkembang menjadi pengguna secara tetap dalam kurun waktu beberapa tahun. Meskipun biasanya orang kurang dapat menikmati rokok pertamanya karena membuat seseorang merasa mual dan pening. Tubuh perlu melakukan penyesuaian terhadap zat-zat terkandung di dalam rokok yang tidak biasa diterimanya, namun lama kelamaan tubuh menjadi terbiasa setelah mengalami beberapa kali percobaan merokok.
Sarafino (1990:220) mengutarakan merokok pada individu dipengaruhi oleh:
a. Salah satu dari kedua orangtua merokok
b. Orangtua mendukung perilaku merokok anak-anaknya
c. Lebih sering bergaul dengan teman yang merokok
d. Pandangan yang positif terhadap rokok
4. Aspek-aspek perilaku merokok
Pada umumnya setiap perilaku dapat digambarkan kedalam tiga dimensi, yaitu:
a. Frekuensi, yaitu sering tidaknya perilaku muncul.
Mungkin cara yang paling sederhana untuk mencata perilaku hanya dengan menghitung jumlah munculnya perilaku tersebut. Frekuensi sangatlah bermanfaat untuk mengetahui sejauhmana perilaku merokok seseorang sering muncul atau tidak. Dari frekuensi merokok seseorang, dapat diketahui perilaku merokok seseorang sebenarnya. Akibatnya, pengumpulan frekuensi menjadi salah satu ukuran yang paling banyak digunakan untuk mengetahui seseorang merokok.
b. Aspek lamanya berlangsung, yaitu waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan setiap tindakan. Jika suatu perilku mempunyai permulaan dan akhir tertentu, tetapi dalam waktu yang berbeda untuk masing-masing peristiwa, maka pengukuran lamanya berlangsung ini sangatlah berpengaruh bagi perilaku merokok seseorang, apakah seseorang dalam menghisap lama atau tidak.
c. Intensitas, yaitu banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut. Aspek intensitas digunakan untuk mengukur seberapa dalan dan seberapa banyak seseorang menghisap rokok. Dimensi intensitas mungkin merupakan cara yang paling subyektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang.
G. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dua variabel atau lebih yang akan memberikan petunjuk cara menguji hipotesis tersebut. Dalam statistic, hipotesis dapat di artikan sebagai pernyataan statistic tentang parameter populasi. Terdapat dua macam hipotesis dalam statistic dan penelitian, yaitu hipotesis nol(Ho) dan hipotesis alternative atau hipotesis kerja (Ha). Hipotesis nol diartikan sebagai tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik, sedangkan hipotesis alternative diartikan dengan adanya perbedaan antara parameter dengan dua statistik (Sugiyono, 2005:82).
Dengan demikian dalam penelitian ini hipotesis akan berbunyi sebagai berikut:
a. Hipotesis nol (Ho) :”tidak ada pengaruh antara pola asuh permisif orangtua dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki yang merokok”
b. Hipotesis alternative/kerja:”terdapat pengaruh antara pola asuh permisif orangtua dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki yang merokok”
H. KERANGKA BERFIKIR
Pendidikan didalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama dalam membentuk perilaku anak. Perilaku ataupun perlakuan orangtua terhadap anak merupakan faktor yang sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan anak, terkait dengan cara orangtua dalam membesarkan anak. Begitu pula cara bertingkah laku orangtua yang permisif sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat merangsang perkembangangan dan kepribadian anak. Didalam perkembangannya para remaja sering mengalami ketegangan, pertentangan, dan frustasi kerena kenyataan yang ditemui tidak sesuai dengan apa yang telah diperoleh dari orangtuanya. Sehingga perilaku remaja yang masih labil dan terombang-ambing memunculkan banyak remaja yang mempunyai perilaku merokok, karena perilaku merokok tersebut diidentikan banyak remaja sebagai simbol status kedewasaan. Untuk itu kerangka berfikir sebagai berikut:
Orangtua |
Perilaku merokok |
Remaja |
Pola asuh permisif |
I. METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Adapun metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survai yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioener sebagai alat pengumpul data pokok (Singarimbun, 2008). Metode ini bertujuan untuk mengungkap masalah-masalah dengan mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisis serta menginteprestasikan data berupa angka atau skor.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian di Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal
C. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian Arikunto (2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki yang mengkonsumsi rokok di Desa Karangrejo Kecapatan Wonosalam Kabupaten Demak. Sampel ini di ambil berdasarkan observasi peneliti di lapangan yang melihat banyaknya remaja sekarang yang mempunyai perilaku merokok dan keluarga yang membiarkan perilaku tersebut. Berdasarkan data dari desa, diketahui bahwa jumlah keluarga di Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal adalah 1.127 kepala keluarga. Sedangkan jumlah remaja dari umur 15-21 adalah 537 yang terdiri dari laki-laki 243 orang dan perempuan 294 orang. Akan tetapi disini yang akan di jadikan populasi dalam penelitian adalah berjenis kelamin laki-laki yang mengkonsumsi rokok.
Remaja yang akan digunakan sebagai populasi adalah dengan karakter:
a. Usia remaja 15-21
b. Jenis kelamin laki-laki
c. Mengkonsumsi rokok
Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 120 remaja laki-laki yang mengkonsumsi rokok.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2006:109) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sempel (contoh) atau dapat menggambarkan keadaan populasi sebenarnya. Pengambilan sampel, apabila sampelnya kurang dari 100 maka dipilih semua sampel atau sama dengan dipilih satu populasi yang akan diteliti dan penelitian akan mengarah pada penelitian populasi. Tetapi apabila jumlah sampelnya yang diteliti besar, maka dapat diambil antara 10%-25% atau lebih.
Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu metode pengambilan kelompok sampel yang diambil secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu atau dengan kata lain umumnya diseseaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Penelitian ini, pengambilan sampel menggunakan purposue sampling, karena sampel yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian ini yang khusus mengambil remaja yang merokok sebagai responden yang berjumlah 120 orang dari berbagai kalangan keluarga di Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupatn Tegal. Penelitian ini menggunakan jumlah sampel penelitian sebesar 25% pada remaja laki-laki yang merokok. Hasil dari perhitungan dengan prosentase tersebut akan diperoleh sampel 30 orang.
D. Variabel
Dalam penelitian, untuk dapat menemukan datanya harus diketahui variabel penelitiannya. Dalam penelitian ini digunakan dua variabel yaitu:
1. Variabel bebas atau independen variable (X)
1. Variabel bebas atau independen variable (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh permisif orangtua.
2.Variabel terikat atau dependen variable (Y)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah perilaku merokok pada remaja. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Metode observasi
Metode observasi langsung adalah suatu metode yang digunakan dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap subyek yang sedang diteliti (Arikunto,2002:204). Dengan ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung kepada objek yang sedang diteliti. Dalam hal ini metode observasi berguna untuk mlengkapi data yang diperoleh melalui metode angket.
2. Metode Angket
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuisioner, dimana responden secra tidak langsung dihubungi melalui daftar pertanyaan tertulis, yang bentuknya merupakan kuiseioner (angket) berstruktur, yang didalamnya terdapat jawaban pertanyaan yang diajukan sudah disediakan dan responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai serta pertanyaan bersifat tertutup. Pengisisan kuisioner dilakukan dengan cara membagikan angket atau kuisioner tersebut kepada jumlah responden yang telah ditetapkan.
3. Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai jumlah kepala keluarga, jumlah remaja di wilayah Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal. Data ini bisa diperoleh melalui catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasati, notulen rapat, lager, agenda dan sebagainya. Dalam mencari data didalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan berupa catatan dan monografi Desa Trayeman, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal.
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan suatu instrument (Arikunto, 2002:144). Suatu instrument atau alat penelitian yang baik jika mempunyai validitas tinggi. Ini mempunyai validitas tinggi karena mampu megukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti. Tingkat kevalidan alat pengumpul data dalam penelitian ini diperoleh dengan aliditas external. Ini juga didapatkan manakala data yang diperoleh dari instrument tersebut sesuai dengan data yang dimaksud. Untuk menguju validitas dari daftar pertanyaan dengan taraf signifikasi 5% menggunakan rumus korelasi product moment dari pearson. Alasan menggunakan metode ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel.
Jika r hitung > dari r table maka kuisioner tersebut valid
Jika r hitung < dari r table maka kuisioner tidak valid
Penelitian ini, pengukuran validitas diukur dengan menggunakan bentuk metode statistic. Data yang terkumpul diuji dengan teknik korelasi product moment dengan rumus:
Keterangan:
Rxy : koefisien korelasi
N : jumlah koresponden
∑X : Nilai skor butir
∑Y : Nilai skor total
∑X² : Jumlah kuadrat nilai X
∑Y² : Jumlah kuadrat nilai Y
2.Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan pada pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena alat atau instrument itu sudah baik. Maka deigunakan rumus Spearmen-Brown sebagai berikut:
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrument
r 1/21/1 = r xy yang disebutkan sebgai indeks korelasi antara dua belahan
instrumen
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan ini adalah :
1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis data yang bersifta memberikan keterangan penjelasan dari hasil kuiseioner yang diperoleh dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam kesimpulan dan saran. Analisis ini digunakan intuk mengetahui hasil tanggapan dari responden terhadap variabel “pola asuh permisif orangtua dan perilaku merokok”, maka variabel tersebut harus diangkakan dalam skor untuk diuji secara sistemik. Dalam angket penelitian ini ada item pertanyaan dengan masing- masing mempunyai pertanyaan mempunyai 10 sub pertanyaan. Untuk mengukur hubungan antara pola asuh perisif dan perilaku merokok remaja digunakan juga skala Likert dengan ketentuan sebagai berikut:
Sangat setuju (SS) = skor 4
Setuju (S) = skor 3
Tidak Setuju (TS) = skor 2
Sangat tidak setuju (STS) = skor 1
Selanjutnya data yang seudah terkumpul dimasukkan ke dalam rumus rentang skala. Langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut:
a. Menentukan skor terendah dan skor tertinggi dari hasil tanggapan responden dengan mengalikan jumlah populasi.
b. Rentang skala untuk masing-masing item : (pola asuh permisif orangtua dan perilaku merokok).
Keterangan :
Rs = rentang skala
m = jumlah alternatif jawaban item
n = jumlah responden
2.Analisis Regresi
Penelitian ini terdapat suatu variabel dependen ( perilaku merokok ) dan satu variabel independen ( pola asuh permisif orangtua ), sehingga alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel dependennya secara relevan (Arikunto, 2002 :284). Rumus umum dari regresi linear sederhana yaitu :
Y= a+bx
Keterangan :
Y = variabel dependen (perilaku merokok)
x = variabel independen (pola asuh permisif orangtua)
a = konstanta, nilai Y apabila X = 0
b = koefisien regresi pola asuh permisif orangtua
KUESIONER
I. IDENTITAS PESERTA
1. Nama :................................................L/P
2. Desa : Trayeman
3. Kecamatan : Slawi
4. Kabupaten : Tegal
5. Umur :...................................................
6. Pekerjaan :....................................................
II. PETUNJUK PENGISIAN
1. Sebelum menjawab pertanyaan di bawah ini, lengkapilah terlebih dahulu identitas anda.
2. Isilah keterangan yang membutuhkan jawaban tertulis dari anda sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
3. Pertanyaan yang mengandung pertanyaan alternatif a, b, c atau d diisi dengan memberi tanda (X) pada salah satu jawaban yang menurut anda paling benar dan tepat sesuai dengan keadaan anda.
III. PERTANYAAN
A. Variabel bebas atau independen variable (X)
X = Pola asuh permisif orangtua.
1. Bagaimana tanggapan anda tentang merokok?
a. Sangat buruk
b. Buruk
c. Tidak buruk
d. Sangat tidak buruk
2. Setujukah anda apabila anak anda merokok?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
3. Menurut anda, sulitkah anda dalam mendidik anak anda?
a. Tidak sulit
b. Cukup sulit
c. Sulit
d. Sangat sulit
4. Menurut anda efektifkah pola asuh permisif (pengejoran) terhadap anak anda?
a. Sangat efektif
b. Efektif
c. Kurang efektif
d. Tidak efektif
5. Bagaimana hubungan anda dengan anak anda?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
6. Berpengaruh kah teman sepermainan anak anda dalam pergaulannya?
a. Sangat berpengaruh
b. Berpengaruh
c. Kurang berpengaruh
d. Tidak berpengaruh
7. Menurut anda, apakah merokok mengganggu anak anda dalam belajar?
a. Sangat mengganggu
b. Mengganggu
c. Kurang mengganggu
d. Tidak mengganggu
8. Adakah kaitan antara merokok dan prestasi belajar anak anda?
a. Sangat ada
b. Ada
c. Cukup ada
d. Tidak ada
9. Berapa uang saku anak anda dalam sehari?
a. 5000
b. 10.000
c. 15.000
d. >15.000
10. Apakah anda membatasi anak anda ketika keluar malam?
a. Sangat membatasi
b. Membatasi
c. Cukup membatasi
d. Tidak membatasi
B. Variabel terikat atau dependen variable (Y)
Y= Perilaku merokok pada remaja.
1. Berpengaruh kah merokok dengan prestasi belajar kamu?
a. Sangat berpengaruh
b. Berpengaruh
c. Cukup berpengaruh
d. Tidak berpengaruh
2. Apakah orangtua kamu tau kamu merokok?
a. Sangat tau
b. Tau
c. Cukup tau
d. Tidak tau
3. Apakah orangtua kamu mengijinkan kamu merokok?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
4. Bagaimana hubungan kamu dengan orangtua kamu dirumah?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Kurang baik
d. Tidak baik
5. Adakah pengaruh merokok dengan prestasi belajar kamu?
a. Sangat ada
b. Ada
c. Cukup ada
d. Tidak ada
6. Adakah kaitan kamu merokok dengan pengaruh dari teman-teman kamu?
a. Sangat ada
b. Ada
c. Cukup ada
d. Tidak ada
7. Apakah kamu merasa nyaman ketika kamu merokok?
a. Sangat nyaman
b. Nyaman
c. Cukup nyaman
d. Tidak nyaman
8. Dalam sehari, berapa batang biasanya kamu merokok?
a. 1-2
b. 2-3
c. 3-4
d. >4
9. Menurut kamu, apakah merokok itu perlu?
a. Sangat perlu
b. Perlu
c. Kurang perlu
d. Tidak perlu
10. Bermanfaatkah merokok bagi kamu?
a. Sangat bermanfaat
b. Bermanfaat
c. Kurang bermanfaat
d. Tidak bermanfaat
DAFTAR PUSTAKA
· Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
· Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
· Hurlock, E. B. 1993. Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
· Ihromi. 1999. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
· Mussen, P. H. 1989. Pengembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Arcan.
· Poerwadarminta, WJS. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
· Proboningrum, C. S. 1993. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
· Ritzer, george. 2003. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
0 komentar:
Posting Komentar