Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan sosial
B. Kompetensi Dasar
Menjelaskan sosialisasi sebuah proses dalam pembentukan kepribadian.
C. Indikator
1. Mendeskripsikan definisi pengendalian sosial
2. Menjelaskan fungsi dari pengendalian sosial
3. Mengidentifikasi jenis pengendalian sosial
4. Menjelaskan sifat dari pengendalian sosial
5. Mendeskripsikan berbagai cara pengendalian sosial
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran, siswa diharapakan dapat :
1.Mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri pengertian pengendalian sosial melalui tanya jawab
2.Mendeskripsikan cara pengendalian sosial melalui tanya jawab
3.Menjelaskan fungsi dan sifat pengendalian sosial melalui diskusi
4.Mengidentifikasi jenis penhendalian sosial
5.Memberikan opini atau ulasan tentang tidak adanya peran lembaga pengendalian sosial
E. Materi Pembelajaran
1. Definisi pengendalian sosial
2. Fungsi pengendalian sosial
3. Jenis pengendalian sosial
4. Sifat pengendalian sosial
5. Cara pengendalian sosial
F. Alokasi Waktu : 2 X 45 menit
G. Model Pembelajaran : role playing
Langkah-langkah :
Guru menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
Guru menugasi beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelumnya
Guru membentuk kelompok dengan anggota 5 orang dan menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
Siswa yang diberi peran sesuai skenario diminta memperagakan skenario
Siswa dalam kelompok mengamati skenario yang diperagakan
Selesai pementasan, kelompok membahas lembar kerja
Tiap kelompok menyampaikan lembar kerjanya
simpulan
H. Kegiatan Pembelajaran
No.
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
1.
Pendahuluan
·Apersepsi : Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran, mengumpulkan tugas, dan absensi. Menanyakan tentang beberapa hal yang berhubungan dengan penyimpangan sosial.
·Motivasi : Guru memberi penjelasan tentang tujuan dan kegunaan mempelajari pengendalian sosial.
Menyampaikan kompetensi (Tujuan) yang akan dicapai
Menyampaikan cakupan materi
10 menit
2.
Kegiatan Inti
·Siswa mendengar penjelasan dari guru tentang inti materi pengendalian sosial.
·Elaborasi, dengan cara berdiskusi dengan teman sebelahnya mengenai materi pengendalian sosial, dengan begitu siswa mampu menggali pengetahuan tentang pengertian, cara, fungsi, jenis, dan sifat pengendalian sosial yang sebagian kecil telah disampaikan.
·Siswa menyampaikan hasil diskusi dengan teman sebelahnya di depan kelas, dan guru bertugas menjadi pemandu diskusi kelas.
·Siswa mengerjakan tugas uji penguasaan materi.
·Siswa dan guru membuat kesimpulan dari hasil diskusi.
65 menit
3.
Kegiatan Akhir
a. Refleksi
Siswa dan guru membuat rangkuman tentang definisi, fungsi, jenis, sifat, dan cara pengendalian sosial. Kemudian siswa mencatat beberapa hal yang penting tentang inti dari pengendalian sosial.
b. Penilaian
Guru memberi penilaian terhadap hasil diskusi dan tugas pribadi.
c. Penugasan
Guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat tulisan atau seleberan yang berisi ajakan untuk mengatasi masalah-masalah sosial
15 menit
I. Metode Pembelajaran
1. Ceramah bervariasi
2. Diskusi
3. Tugas lapangan (observasi)
4. Pekerjaan Rumah (PR)
J. Media Pembelajaran
1. Papan tulis
2. Alat-alat tulis
3. LCD
4. Gambar- gambar
K. Sumber Bahan
1. Buku sosiologi SMA kelas X BUMI AKSARA halaman 115-122
2. Buku sosiologi SMA kelas X ERLANGGA halaman 168-178
Proses sosialisasi tidak dapat berlangsung secara otomatis. Sosialisasi dalam terjadi manakala terdapat media yang menjembatani seseorang dalam mengenal sistem nilai dan system norma yang ada dalam kehidupan nyata. Beberapa media yang berperan dalam membantu proses sosialisasi seseorang adalah keluarga, teman sepermainan, sekolah, lingkungan kerja, media massa, dan lain sebagainya.
1. Keluarga
Keluarga merupakan organisasi manusia yang terdiri ayah, ibu, anak, dan mungkin juga kerabat lain yang menjalankan fungsi dan perannya secara konstan. Keluarga merupakan organisasi masyarakat yang terkecil. Dalam lingkungan keluarga inilah seseorang untuk pertama kalinya mengenal sistem nilai dan sistem norma yang mengatur peri kehidupan melalui pergaulan hidup yang berlangsung sehari-hari. Tidak salah jika dikatakan bahwa keluarga merupakan tempat proses sosialisasi yang pertama dan utama. Secara naluriah, orang tua di dalam sebuah keluarga selalu mencurahkan perhatian kepada anak-anak mereka. Keluarga yang harmonis biasanya berhasil mengantarkan anak-anak menuju jenjang kedewasaan sehingga siap untuk terjun pada kehidupan yang sesungguhnya secara mandiri. Sebaliknya, keluarga yang broken home biasanya membuat anak-anak mengalami kekecewaan dan frustrasi sehingga mengalami kegagalan dalam menempuh hidup lebih jauh. Dalam hubungan ini Ki Hajar Dewantoro memberikan tiga
prinsip dasar dalam mendidik anak, yakni:
1. Ing Ngarso Sung Tuladha, yang berarti orang tua harus memberikan teladan yang baik
dan mulia bagi anak-anak.
2. Ing Madya Mangun Karsa, yang berarti orang tua harus membangkitkan segala potensi,
minat, dan bakat yang ada pada anak.
3. Tut Wuri Handayani, yang berarti orang tua harus sanggup memberikan motivasi atau
dorongan semangat bagi anak-anak mereka dalam meraih cita-cita hidup ke depan.
2. Teman Sepermainan
Teman sepermainan merupakan sekelompok orang dekat yang memiliki tingkat umur
yang sebaya dan di antara mereka sering terlibat dalam sebuah interaksi yang intensif. Biasanya teman sepermainan dijadikan ajang untuk saling nertukar pikiran, berbagi rasa, berkeluh kesah, dan berbagai macam penyaluran aspirasi lainnya. Di antara teman sepermainan sering terjalin hubungan cukup. kedekatan. Karena intensitas komunikasi yang cukup tinggi, maka teman sepermainan merupakan media komunikasi yang cukup berpengaruh bagi pembentukan kepribadian seseorang. Pada dasarnya teman sepermainan merupakan salah satu media sosialisasi yang sangat penting. Namun demikian lingkungan keluarga harus memberikan perhatian secara bijaksana karena disamping memberikan dampak positif teman sepermainan juga bisa memberikan dampak negatif bagi perkembangan anak. Dampak positif dari teman sepermainan dapat diperhatikan pada interaksi yang melibatkan potensi intelektual, emosional, dan bahkan spiritual sehingga perkembangan jiwa, semangat mandiri, aktivitas, dan kreativitas seseorang akan terpacu dengan baik. Namun demikian, jika karakter negatif lebih mendominasi lingkungan teman sepermainan tersebut kita harus mewaspadai timbulnya dampak negatif bagi perkembangan anak. Berkembangnya kehidupan geng dan klik di kalangan anak jalanan merupakan contoh dari pengaruh negatif teman sepermainan. Geng dan klik merupakan sekumpulan orang yang tidak memiliki sturktur organisasi secara formal namun memiliki pandangan dan kepentingan yang sama dan biasanya gemar membuat keonaran di masyarakat.
3. Sekolah
Sekolah merupakan sebuah lembaga yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan secara
formal. Di sekolah pula terdapat beberapa komponen yang memungkinkan terselenggaranya
proses pendidikan, yakni pelajar, pengajar, media belajar, lingkungan belajar, dan tujuan pembelajaran. Sedangkan pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan segenap
potensi, bakat, dan minat seseorang sehingga dapat berkembang menjadi manusia yang dewasa. Dalam hubungannya dengan proses sosialisasi setidak-tidaknya sekolah mengemban dua peranan yang sangat penting, yaitu:
(1) memperkenalkan sistem nilai dan sistem norma yang berlaku di masyarakat sehingga terbentuk kepribadian seperti yang diharapkan, dan
(2) mengembangkan potensi para pelajar sehingga para pelajar memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman yang sangat diperlukan dalam kehidupan nyata. Sekolah sangat berperan untuk mengantarkan para pelajar agar menjadi dirinya sendiri dengan baik.
Untuk itu sekolah mengemban beberapa fungsi seperti:
a. Mengembangkan potensi para pelajar agar memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dalam kehidupannya kelak.
b. Mewariskan dan mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang telah terbina secara tradisional sehingga akan tetap terjaga kelestariannya.
c. Membina para pelajar untuk menjadi warga negara yang baik, berjiwa demokratis, berwawasan kebangsaan.
d. Membina para pelajar untuk menjadi manusia-manusia yang berjiwa religius, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Proses pendidikan yang diselenggarakan di sekolah akan berhasil secara maksimal apabila didukung oleh proses pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga dan dimasyarakat. Keluarga, masyarakat, dan sekolah merupakan tiga pusat pendidikan atau dikenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yang sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan kepribadian seseorang.
4. Lingkungan Kerja
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, salah satu peranan sekolah adalah mengantarkan seseorang pada dunia kerja secara profesional. Melalui pendidikan di sekolah seseorang berhasil menjadi tentara, dokter, guru, jaksa, hakim, perawat, insinyur, pedagang, pengusaha, dan lain sebagainya. Pekerjaan seperti ini telah menuntut seseorang untuk selalu berada di lingkungan tertentu yang membedakan dengan lingkungan yang lain. Lingkungan pendidik berbeda dengan lingkungan militer, lingkungan pers, lingkungan rumah sakit, pasar, dan lain sebagainya. Karakteristik yang ada di lingkungan kerja lambat laun akan mengendap pada diri seseorang dan membentuk kepribadian yang khas. Itulah sebabnya terdapat perbedaan antara ciri-ciri seorang guru dengan ciri-ciri seorang tentara yang tegas dan disiplin, seorang dokter yang serius, seorang wartawan yang banyak bicara, seorang pedagang penuh perhitungan, dan lain sebagainya.
5. Media Massa
Seperti istilahnya, media massa merupakan sebuah media yang mengundang perhatian
orang banyak. Secara garis besar media massa dibedakan atas dua bagian, yaitu media cetak seperti buku, koran, tabloit, majalah dan media elektronik seperti radio, internet, film, dan TV. Media massa merupakan alat komunikasi yang sanggup menjangkau masyarakat luas. Apa yang dilihat, dibaca, dan didengar dari media massa membawa pengaruh bagi perkembangan intelektual, pengetahuan, dan bahkan kepribadian seseorang. Sesuai dengan daya jangkaunya yang amat luas, seseorang harus memiliki daya saring yang tangguh sebab tidak semua informasi yang disadap bersifat positif. Misalnya, berita dan tayangan yang bersifat liberalis sekuler tentu tidak akan sesuai bagi masyarakat yang memegang teguh tradisi religius. Namun secara umum media massa memegang tiga fungsi utama, yakni fungsi informasi, fungsi hiburan, dan fungsi pendidikan. dengan tiga fungsi seperti ini kehadiran media massa sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat.
Secara sosiologis sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang mana seseorang belajar menghayati dan melaksanakan sistem nilai dan sistem norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat di mana ia berada. Secara garis besar sosialisasi dibedakan menjadi dua macam jenis, yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi skunder.
1. Sosialisasi Primer
2. Sosialisasi Skunder
Di dalam kehidupan sosial berkembang beberapa sistem nilai. Secara garis besar system nilai tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) sistem nilai yang berhubungan dengan benar dan salah yang disebut dengan logika, (2) sistem nilai yang berhubungan dengan baik dan buruk atau pantas dan tidak pantas yang disebut dengan etika, dan (3) sistem nilai yang berhubungan dengan indah dan tidak indah yang disebut dengan estetika.
Sosialisasi terjadi dalam beberapa tahapan, antara lain:
1. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)
2. Tahap Meniru (Play Stage)
3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other)
Sosialisasi dalam terjadi manakala terdapat media yang menjembatani seseorang dalam mengenal sistem nilai dan sistem norma yang ada dalam kehidupan nyata. Beberapa media yang berperan dalam membantu proses sosialisasi seseorang adalah keluarga, teman sepermainan, sekolah, lingkungan kerja, media massa, dan lain sebagainya. Dengan adanya media ini, maka proses sosialisasi akan berjalan dan pada akhirnya
akan melahirkan kepribadian tertentu pada individu
Pola-pola sosialisasi
Sosialisaisi dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu :
1.Sosialisasi represif, yaitu bentuk sosialisasi yang mengutamakan adanya ketaatan anak kepada orang tua. Dalam bentuk ini lebih menekankan adanya kepatuhan anak kepada orang tua sehingga komunikasi bersifat satu arah
2.Sosialisasi partisipatif, yaitu bentuk sosialisasi yang mengutamakan partisipasi anak. Dalam bentuk ini, lebih menekankan adanya interaksi anak yang menjadi pusat sosialisasi dan kebutuhannya.
Secara sederhana sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup serta norma dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya. Adapun pengertian sosialisasi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1.Charlote buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
2.Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses ketika seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
3.Bruce J. Cohen
Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu kelompok.
B.PROSES SOSIALISASI
Penyesuaian diri terjadi secara berangsur-angsur, seiring dengan perluasan dan pertumbuhan pengetahuan serta penerimaan individu terhadap nilai dan norma yang terdapat dalam lingkungan masyarakat tempat ia berada. Perubahan lingkungan dapat juga mengakibatkan perubahan prilaku dan tindakan seseorang karena telah terjadi penerapan nilai-nilai dan norma-norma baru yang berbeda dari nilai dan norma yang dimiliki sebelumnya. Beraneka nilai dan norma itu diserap manusia melalui sosialisasi.
Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peran-peran yang harus dijalankan individu. George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap persiapan (prepatory stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri sendiri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh:
Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita dengan ucapan ”mam”. Makna kata tersebut juga balum dipahami secara tepat oleh anak. Lama-kelaman anak memahami secara tepat makna kata tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan dari seorang ibu pada anaknya. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari nama anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti.
Tahap siap bertindak (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lainpun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya diluar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarnya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersama dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku diluar keluarganya.
Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sedah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secar luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Manusia dengan perkembangan diri pada ntahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
C.BENTUK-BENTUK SOSIALISASI
Proses sosialisasi berlangsung sepanjang hayat. Dalam kaitan inilah para ahli membahas bentuk-bentuk sosialisasi, seperti: sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, pendidikan berkesinambungan. Sosialisasi dapat juga dibagi menjadi sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder.
1.Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
2.Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.
Beberapa Definisi mengenai Kepribadian Menurut para ahli, adalah sebagai berikut:
1.M.A.W. Brower
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
2.Theodore M. Newcomb
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap (predispositions)yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
3.J. Milton Yiager
Kepribadian adalah keseluruhan dari perilaku seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
4.Jhon E. Cuber
Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
Dari berbagi definis mengenai kepribadian yang telah dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur kepribadian seseorang meliputi.
1.Dorongan (drives)
a.Kehendak
b.Nafsu
2.Naluri (Insting)
3.Emosi
4.Perangai
5.Intelegensi
6.Bakat
B.Faktor-faktor dalam Perkembangan Kepribadian
1.Faktor Biologis
Semua manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan bilologis tertentu, seperti memilki dua tangan, panca indera, kelenjar seksual dan otak yang rumit. Persamaan bilologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang. Setiap warisan bilogis seseorang bersifat unik. Artinya tidak seorang pun yang mempunyai karakteristik fisik yang sama, bahkan anak kembar sekalipun.Hal lain yang memengaruhi kepribadian seseorang adalah kematangan biologis.
Tidak semua faktor karakteristik fisik seseorang menggambarkam kepribadian seseorang. Misalnya orang gemuk adalah orang yang periang, orang yang keningnya lebar adalah orang yang cerdas, orang yang berambut merah berwatak mudah marah, dan orang denan rahang lebar mmempunyai kepribadian kuat. Anggapan seperti itu lebih banyak disebabkan apriori masyarakat yang dilatar belakangi oleh kondisi budaya setempat.
Namun, harus diakui bahwa karakteristik fisik dapat pula menjadi faktor penentu dalam perkembangan kepribadian sesuai dengan bagaimana mendefinisikan dan diperlukan dalam masyarakat dan oleh kelompok acuan.
2. Faktor Geografis (Lingkungan fisik)
Orang-orang aborigin harus berjuang lebih gigih untuk berjuang hidup, sementara bangsa Samoa hanya memerlukan sedikit waktu untuk mendapatkan makanan yang akan dimakan sehari-hari karena alamnya lebih subur. Beberapa suku bangsa di Uganda mengalami kelaparan erkepanjangan karrena lingkungan alam tempat mereka mencari nafkah telah banyak yang rusak. Mereka menjadi orang-orang yang tamak dan rakus. Perkelahian anatra mereka sering terjadi karena saling berebut makanan untuk sekedar memmpertahankan hidup.
Dari uaraiana diatas maka jelaslah bahwa lingkungan fisk atau lingkungan geografis sangatah memengaruhi perkembangan kepribadian seseorang. Namun, banyak para ahli sosiologi menganggap hal ini sebagi faktor yang cukup penting dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya.
3.Faktor Kebudayaan Khusus
Perbedaan kebudayan dalam setiap masyarakat dapat memengaruhi kepribadan seseorang. Misalnya kebudayaan petani, kebudayaan kota dan kebudayaan industri tentu memperlihatkan corak kepribadian yang berbeda.
Memang terdapat karakteristik umum dari suatu masyarakat, namun, tidak berarti bahwa semua anggota termasuk didalamnya. Ssejalan dengan itu, ketika membahas kepribadian umum bangsa-bangsa, suku bangsa, kelas sosial, dan kelompok-kelompok berdasarkan pekerjaan, daerah, maupun kelompok sosial lainnya. Perlu diingat bahwa kepribadian umum merupakan serangkaian ciri kepribadian yang dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok sosial yang bersangkutan.
4.Faktor Pengalaman Kelompok
Kelompok yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang dibedakan menjadi tiga.
a.Kelonpok Auan (Kelompok referensi)
Sepanjang hidup seseorang, kelompok-kelompok tertentu dijadikan model yang penting bagi gaggasan atau norma-norma perilaku. Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok yang dimiliki bayi selama masa-masa yang paling peka. Pembentukan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh pola hubungan dengan kelompok referensinya di tahun-tahun pertama. Selain keluarga, kelompok referensi yang lain adalah teman-teman sebaya yang sama usia dan statusnya. Peran kelompok sepermainan ini dalam perkembangan kepribadian seorang anak akan semakin berkurang dengan semakin terpencarnya mereka setelah menamatkan SMA atau SMK.
b.Kelompok majemuk
Kelompok majemuk menunjuk pada kenyataan masyarakat yang lebih beraneka ragam. Bermacam-macam kelompok ini memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang aneka nilai dan norma dalam masyarakat. Suatu norma yang dianggap penting oleh suatu kelompok masyrakat, dapat saja dianggap tidak perlu oleh anggota masyarakat lainnya.
Dalam kenyataanya, corak perilaku kelompok sebaya atau kelompok referensi sering kali bertentangan dengan perilaku keluarga bahkan masyarakat pada umumnya. Kelompok seperti ini biasanya banyak diikuti anak-anak dan remaja.
c.Faktor Penglaman Unik
Pada lingkungan keluarga yang sama, tidak ada individu yang memiliki kepribadian yang sama, karena meskipun berada dalam satu keluarga tidak mendapatkan pengalaman yang sama. Begitu juga dengan pengalaman yang dialami oleh seseorang yang lahir kembar, tidak akan selalu sama.
Menurut Paul B. Horton, kepribadian tidak dibangun dengan menyusun peristiwa diatas peristiwa lainnya. Arti dan pengaruh suatu pengalaman tergantung pada pengalaman-pengalamn yang mendahuluinya. Pengalaman-pengalaman yang unik akan memengaruhi kepribadian seseorang. Kepribadian berebeda-beda antara satu dengan yang lainnya karena pengalaman yang dialami seseorang itu unik dan tidak ada satu orang pun yang dapat menyamainya.
C.Hubungan anatara Kepribadian, Sosialisasi dan Kebudayaan
1.Kebudayaan
Koentjaraningrat menyebutkan bahwa kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Berikut ini kebudayaan menurut para ahli :
ØE.B. Taylor
Suatu keseluruhan kompleks yang meliputi engetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
ØKluckhohn dan Kelly
Semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk perilau manusia.
ØKoentjaraningrat
Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan maysarakat yang dijadikan milik diri manusaia dengan belajar.
ØSelo oemardjan dan Soeleman sumardi
Semua hasil karya, raasa dan cipta asyarakat.
Berdasarkan definsi para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa unsur belajar merupakan hal penting dalam tindakan manusia yang berkebudayaan.
a.Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman ada tiga wujud kebudayaan, yaitu
1)Gagasan
Merupakan wujud ideal kebudayaan yang berupa kumpulan ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, peraturan. Bersifat abstrak, tidak dapat diraba dan disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak pada kepala atau dia alam pikiran warga masyarakat tersebut. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan merka dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya paara penulis warga masyarakat tersebut.
2)Aktifitas
Merupakan wujud kenudayaan sebagi suatu kegiatan serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat iru. Wujud yang kedua ini sering pula disebut dengan siitem sosial.
3)Artefak
Merupakan wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktifitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat. Wujuda artefak dapat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan. Sifat artefak paling konkret diantara ketiga wujud kebuadayaan lainnya sehingga paling mudah dilihat dan diidentifikasi dalam kehidupan sehari-hari.
b.Unsur Kebudayaan
Koentjaraningrat, dengan mengacu pada pendapat Kluckhohn, menggolongkan unsur-unsur poko yang ada pada tiap kebudayaan dunia sebagai berikut:
1)Bahasa
2)Sistem pengetahuan
3)Organisasi sosial
4)Sistem peralatan hidup dan teknologi
5)Sistem mata pencaharian hidup
6)Sistem religi
7)Kesenian
c.Komponen kebudayaan
1)Kebudayaan material
Kebuadayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata dan konkret. Termasuk dalam kebudayaan meterial adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi dan mencakup barang-barang.
2)Kebudayaan nonmaterial
Sosiologi cenderung memusatkan perhatian pada kebudayaan nonmateria, yaitu ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi dalm masyarakat. Inilah denyut nadi kehidupan sosial.
2.Kebudayaan dan Pengaruhnya terhadap Kepribadian
Kebudayaan merupakan karakter suatu masyarakat, bukan karakter undividual. Semua yang dipeajari dalam kehidupan sosial diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan kebuadayaan. Menurut Ralph Linton, kebudayaan adalah warisan sosaial dari anggota-anggota suatu masyarakat.
M.J. Herskovits memaandang budaya sebagai sesuatu yang superorganic karena nudaya bersifat turun temurun meskipun masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan oleh kematian dan kelahiran. Kemudian, budaya langsung memengaruhi perilaku da kepribadian individu karena individu tinggal dalm lingkungan masyarakat yang memiliki budaya itu.
Theodore M. Newcomb mengatakan kepribadian menunjuk pada organisasi sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui berfikir dan merasakan secara khusus apabila dai berhubungan dengan orang lain atau menanggapi sesuatu keadaan.
Kebudayaan tidak bisa lepas dari kepribdian individu melalui suatu proses belajar yang panjang. Dalam proses belajara yang disebut sosialisasi itu kepribadian atau watak tiap-tiap indvidu pasti juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kepribadian itu secara keseluruhan.
Sebaliknya, kebudayaan suatu masyarakat turut memberikan sumbangan pada pembentukan kepribadian seseorang. Kepribadian suatu individu dalam suatu masyrakata, walaupun berbeda satu sama lainnya, dirangsang dan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norama dalam sisitem budaya dan juga sistem sosial yang telah diinternalisasinya melalaui proses sosialisasi dan proses pembudayaan selama hidup sejak masa kecilnya.
Mengenai pengaruh kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian, secara terperinci dapat diperhatikan dari tabel berikaut ini.
Tabel 1.1 Korelasi antara kebudayaan dari kepribadian masyarakat pedesaan.
Kebudayaaan Masyarakat Pedesaaan
Kepribadian Masyarakat Pedesaan
1.Budaya gotong royong yang masih kental
1.1Solidariatas sosial yang tinggi
1.2Rela berkorban dan peka terhadap masalah-masalah sosial di lingkungannya.
1.3Mempunyai sifat partikularisme.
2.Mempunyai karakateristik yang kuat terhadap tradisi dan ritual.
2.1Berkepribadian polos dan jujur
2.2Bersifat religius magis
2.3Taat terhadap norma
3.Kuarng menghargai waktu
1.1Kurang menghargai waktu atau tidak tepat waktu
1.2Sabar bila menghadapi masalah
1.3Bekerja secara lamban.
Tabel 1.2 Korelasi antar kebudayaan dan kepribadian masyarakat perkotaan.
Kebudayaa Masyarakat Perkotaan
Kepribadian Masyarakat Perkotaan
1.Penghargaan harkat martabat seseorang didasarkan pada presatasi kerja dan pemilikan harat benda.
1.1Mengahrgai waktu atau berbuat tepat waktu
1.2Kurang menghargai kerja sama (egois).
1.3Giat menuntut kemajuan untuk masa depan.
2.Strata sosial yang ada didasarkan pada kepemilikan harta benda.
1.1Bersifat egosentris
1.2Bersifat meterialistik
1.3Orientasi hidup tertuju pada masa yang akan datang.